Jumat, 10 Mei 2019

Jadwal Buka Puasa Janggal, Tim Hisab dan Rukyat IAIN Parepare Keluarkan Imsakiyah Ramadhan


Humas IAIN Parepare--- Tim Hisab dan Rukyat Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare mengeluarkan jadwal imsakiyah Ramadhan 2019 M/1440 H. Inisiasi penerbitan jadwal Imsakiyah dilakukan karena muncul keluhan masyarakat yang menganggap waktu buka puasa agak janggal karena sepertinya azan Magrib sebelum matahari benar-benar terbenam. Ketua Tim Hisab dan Rukyat Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Islam IAIN Parepare, Dr. KH. Agus Muchsin, M.Ag., menjelaskan hal tersebut, ketika dikonfirmasi di ruangan kerjanya, Kamis, 9 Mei.









“Kami memperoleh
masukan dari beberapa rekan dan masyarakat umum yang ragu terhadap jadwal buka
puasa pada awal ramadhan. Mereka meminta kami untuk melakukan riset dan
menentukan Imsakiyah Ramadhan,” terang Agus Muchsin memberi konfirmasi. Agus Muchsin
yang juga ulama/muballig terkemuka di Sulawesi Selatan mengatakan sebagai orang
yang memiliki kompetensi dan kewenangan dalam bidang ilmu falak, maka saya
bersama tim Hisab dan Rukyat Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Islam IAIN
Parepare merespon keluhan masyarakat terhadap kecenderungan cepatnya waktu buka
puasa pada awal ramadhan.









Melalui tim ahli bidang
ilmu Falak yang dikoordinir oleh Abd. Karim Faiz, S.H.I, kami melakukan kajian
dan riset lapangan. Hasilnya, kami menemukan terjadinya perbedaan jadwal
Imsakiyah antar daerah (kabupaten/kota) di Sulawesi Selatan. Artinya, jadwal
imsakiyah yang ditentukan dan dikeluarkan di Makassar, tidak bisa diberlakukan
di daerah lain, seperti kota Parepare dan sekitarnya. Ada selisih rentang
waktu, sekitar 3 menit pada setiap kabupaten. Perbedaan itu terjadi karena
adanya ketidaksamaan titik koordinat antar satu kabupaten dengan kabupaten
lain.   









Untuk wilayah kota Parepare, titik koordinat berada pada 1190 391 49.43” BT / 40 11 28.74” LS. Hasil perhitungan yang menggunakan metode hisab menemukan selisih rentang waktu antara kota Parepare dengan daerah sekitar. Misalnya untuk kabupaten Barru ada selisih -1 menit, kabupaten Sidrap -1 menit, kabupaten Pinrang +1 menit, dan kabupaten Enrekang +1 menit. Titik koordinat kota Parepare berbeda dengan titik koordinat kota Makassar sehingga bisa dipastikan jadwal Imsakiyah Ramadhan juga berbeda.









Berdasarkan adanya
perbedaan titik koordinat setiap kabupaten, maka seharusnya pemerintah daerah
harus mengantisipasi hal tersebut dengan melakukan perhitungan waktu di
daerahnya masing-masing. Hal itu penting dilakukan, agar umat Islam yang
menjalankan ibadah puasa dapat menyegerakan waktu buka puasa dan memperlambat
sahurnya tapi tidak kebablasan. Langkah itu memungkinkan dilakukan seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin cepat.





Dalam kaitan tersebut, Wakil Dekan bidang AKK Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Islam yang juga menjadi tim ahli/pakar ilmu falak, Budiman mengatakan bahwa pihaknya sebagai lembaga Perguruan Tinggi Islam telah menyiapkan dan mengembangkan pusat hisab dan rukyat di kota Parepare. “Jadi selain Makassar, IAIN Parepare akan menjadi pusat hisab dan rukyat di Sulawesi Selatan. Kami telah memiliki sarana, teknologi, dan ahli/pakar bidang ilmu falak yang ditunjang dengan posisi kami yang berada di atas ketinggian dengan hamparan laut secara langsung. Kondisi ini sangat mendukung kegiatan riset lapangan,” papar Budiman.





 “Kami telah membentuk lembaga Pusat Hisab dan
Rukyat. Melalui lembaga ini, Parepare akan menjadi salah satu tempat untuk
melihat hilal dalam penentuan 1 ramadhan nantinya. Bukan itu saja, lembaga ini juga
akan fokus pada program penentuan dan pengukuran arah kiblat, lokasi kuburan,
lokasi masjid dan masjid yg sudah dibangun. Insyaallah kami akan memberikan
pelayanan dan membantu masyarakat yang membutuhan perihal tersebut,” kata Budiman
saat ditemui.





Sementara Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum Islam, Muliati mengatakan apa yang dilakukan Tim Hisab
dan Rukyat merupakan wujud pengabdian dan tanggung jawab keilmuan dan
kelembagaan sebagai perguruan tinggi Islam. “Kami akan memberikan kontribusi
positif kepada masyarakat sebagai wujud pengabdian dan tanggung jawab akademik.
Jadwal imsakiyah ini diharapkan dapat menjawab keraguan masyarakat yang sedang
melaksanakan ibadah puasa Ramadhan.” ujar Dekan perempuan pertama di IAIN
Parepare. (s.s).


Rabu, 08 Mei 2019

Tim Pengelola SAO Jurnal IAIN Parepare Optimis Akreditasi Jurnal 2019


Humas IAIN Parepare--- Pasca terbitnya Surat Keputusan Rektor IAIN Parepare nomor 407 Tahun 2019 tentang Tim Pengelola Sao Jurnal IAIN Parepare, pengelola langsung melaksanakan rapat koordinasi bersama dengan seluruh pengelola jurnal lingkup IAIN Parepare yang sebelumnya didahului dengan rapat internal yang dilaksanakan pada hari Kamis, 2 Mei 2019 untuk membahas program kerja yang akan dicanangkan tahun 2019 dalam rapat tersebut disepakati bahwa jurnal yang sudah berusia di atas 2 tahun harus segera diajukan ke ARJUNA untuk akreditasi. Untuk menindaklanjuti rapat pertama maka pengelola melakakukan pertemuan pada Jumat, 3 Mei 2019 melakukan evaluasi dan screening terhadap jurnal yang ada. Untuk menindaklanjuti hasil rapat tersebut dilaksanakan rapat koordinasi dengan pengelola jurnal di IAIN Parepare.









Berangkat dari hal tersebut tim pengelola SAO Jurnal IAIN parepare yang di Nahkodai oleh Dr.Ali Rusdi, S.Th.I, M.H.I , berkomitmen di tahun 2019 minimal ada 4 jurnal IAIN pareare yang telah terakreditasi. Komitmen bersama ini dia ambil pada saat rapat seluruh Tim pengelola jurnal lingkup IAIN Parepare di Ruang Rapat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada masyarakat (LP2M) IAIN Parpare, 08/05/2019.









“ Tahun ini kita sepakat bahwa minimal ada 4 jurnal kita yang harus terakreditasi, jadi kita perlu komitmen dan kerja keras teman-teman. Kedengaranya memang bukan hal yang mudah tapi bukan berarti kita tidak bisa” papar Ketua Tim SAO Jurnal Ali Rusdi









Diketahui bersama bahwa Jurnal yang di kelola IAIN parepare berjumlah 6 buah yakni, Diktum (Jurnal Syariah dan Hukum) terakreditasi Sinta 6, Kuriositas (Media Komunikai social dan Keagamaan), Komunida (Media Komunikasi dan Dakwah), Al-Maiyyah (Studi gender dan Anak), dan Al-Islah (Jurnal Studi Pendidikan), Banco (Jurnal Manajemen Perbankan Syariah).
Dalam rapat tersebut Ali Rusdi pun memaparkan beberapa hal yang menjadi titik lemah dalam pengelolaan jurnal selama ini baik dari segi subtansi, teknis, Reviewer maupun dari kualitas tulisan (Plagiarisme), hal tersebut menjadi pekerjaan rumah para pengelola jurnal untuk meminimalisir kelemahan kelamahan yang ada.









“ya.. kita tidak pungkiri masih banyak kekurangan-keurangan yang harus kita benahi bersama, baik dari segi subtansi seperti Reviewernya sampai dengan tingkat Plagarismenya maupun persoalan teknis lainya, di tahun ini kita akan benahi semua itu untuk menuju komitmen yang kita harapkan bersama. “tutup Ali Rusdi”
Pasca rapat Islamul Haq selaku pengelola Jurnal Kuriositas mengapresiasi pertemuan perdana SAO Jurnal tersebut.
“dengan adanya SAO Jurnal koordinasi semua jurnal yang ada di IAIN Parepare dapat terkonsolidasi dengan baik untuk meningkatkan kualitas jurnal yang ada.” Tutur Islamul Haq.





Penulis sumber: Ali Rusdi


RAMADAN; PENJEMPUTAN YANG KELIRU?


Opini





M. Yasin Soumena





Dosen dan Wakil
Dekan
Bidang AUPK FEBI
IAIN Parepare





RAMADAN, sebuah istilah ritual yang sudah melembaga dalam setiap hati muslim. Term Ramadan, penuh dengan berbagai keunikan dan keistimewaan, sehingga sebahagian masyarakat muslim yang mendengar kedatangannya pasti mengucapkan Ahlan Wa Sahlan Ya Ramadan “Selamat Datang Ya Ramadan”.





Sebahagian
masyarakat Islam lebih menggunakan tahniah yang sangat halus lagi, yakni Marhaban Ya Ramadan, yang bermakna “luas
atau lapang”. Setiap tahun, bulan ini hadir di tengah-tengah komunitas muslim
dalam memberi nuansa baru untuk manata hidup dan kehidupannya.





Kini,
bulan Ramadan itu datang lagi. Tapi sayangnya, tidak semua orang muslim senang
dengan kedatangannya. Mengapa? Karena bulan ini hanya diperuntukan bagi orang
yang beriman. Jadi yang tidak memiliki nilai-nilai keimanan otomatis tidak
ingin didatangi oleh bulan mulia ini.





Bagi
mereka yang beriman, pasti terharu dan gembira, bahkan meneteskan air mata kegembiraan
karena masih diberi kesempatan oleh Allah swt menjumpai tamu agung ini. Mereka
menganggap bahwa ini adalah tamu istimewa yang perlu dijemput.





Perlu
dijemput dengan suasana lapang dada dan penuh kegembiraan, kesucian hati,
penetesan air mata, menyiapkan suasana rumah yang bersih, menampakan wajah yang
berseri keharuan, bukan menggerutu, dan suasana indah lainnya.





Ini
terjadi seperti layaknya seorang yang baru bertemu tamu tercinta dan sangat
dirindukan setelah berpisah selama satu tahun. Siapapun pasti merasakan hal
yang sama ketika berpisah dengan tamu yang sangat disenangi dan dicintai,
kemudian dipertemukan kembali setelah setahun berpisah.





Apalagi
saat berpisah tahun lalu diwarnai “lambaian tangan” dan isak tangis
mengharukan. Bagi tamu agung ini, kita siap atau tidak, kita terima atau tidak,
kita jemput atau tidak ia pasti berada di tengah-tengah kita untuk melihat
suasana kehidupan selama satu tahun tersebut.





Persiapan





Menurut
Quraish Shihab, term marhaban
menggambarkan tamu yang datang perlu di sambut dan diterima dengan dada lapang,
penuh kegembiraan serta disiapkan ruangan yang luas untuk melakukan segala yang
diinginkannya. Dengan demikian, lanjut Quraish Shihab, Marhaban Ya Ramadan mempunyai konotasi bahwa kita menyambutnya
dengan penuh kegembiraan, tidak menggerutu, dan tidak menganggap kehadirannya
mengganggu ketenangan atau suasana nyaman kita.





Kita
siapkan tempat yang luas agar bebas melakukan apa saja yang berkaitan dengan upaya
mengasuh dan mengasah jiwa kita. Sayangnya, kita sering keliru memahami
kesiapan dalam menyambut bulan Ramadan. Kita bisa saja mudah mengucapkan Marhaban Ya Ramadan, tapi menjadi tanda tanya
apa yang perlu kita siapkan.





Bisakah
kita mengelak dan menjawab secara retorika bahwa kita sudah siap mental dan
fisik.Tapi jawabannya tentu tidak sampai di situ karena orang lain akan melihat
apa di balik tingkah laku seorang dalam menyambut bulan ini.





Banyak
orang telah siap mental dan fisik, tapi tempat dan lingkungan yang akan dihuni
tamu agung ini sungguh menyedihkan. Jauh dan tidak layak bagi seorang tamu
bernama Ramadan.





Coba
lihat praktik orang-orang di wilayah paling timur negeri ini, masyarakat Islam
di pesisir pantai daerah Maluku. Kebiasaan yang sudah membudaya, yakni setiap
menjelang bulan Ramadan semua peralatan rumah dibawa ke sungai atau laut untuk
dibersihkan.





Rumah
dan lingkungan dicat dan dibersihkan dari debu atau kotoran yang dianggap dapat
mengganggu pelaksanaan ibadah puasa, sehingga saat masuk bulan Ramadan hidup
mereka terasa bersih dan nyaman. Mereka membersihkan rumah dan halaman bukan
menjelang hari raya Idul Fitri, tapi menjelang Ramadan.





Ini
berbeda dengan yang dipraktikan di daerah ini (Sulsel). Sebahagian besar
masyarakat membersihkan rumah dan lingkungan menjelang lebaran. Prinsip baku
dan sudah merupakan “warisan” nenek moyang, biar hidup dalam suasana apa
adanya, nanti menjelang lebaran baru dibenahi.





Konotasinya,
ternyata yang disiapkan bukan untuk tamu agung itu, tapi tamu antar sesamanya. Terasa
malu jika tamu yang datang berhaalal bi
halal
melihat suasana rumahnya tidak indah. Tapi tidak merasa malu ketika
tamu agung yang datang itu melihat suasana rumah dan lingkungannya penuh
kotoran.





Tamu
agung ini tentu akan bertanya, bisakah Anda berpuasa dengan baik jika
lingkunganmu tidak sehat? Jawabannya, bisa “ya” dan bisa “tidak”, tergantung
manusianya. Karenanya, perlu dirubah pola pikir dan praktik kita, bahwa
sebaiknya pembersihan rumah dan lingkungan itu dilakukan menjelang Ramadan,
bukan menjelang lebaran. Sebab, yang lebih diutamakan adalah Ramadannya, bukan
lebaran.





Wallahu ‘Alam bi
al-Sawab


Disaksikan Rektor, Pejabat IAIN Parepare Tandatangani Pakta Integritas Penegakan Kode Etik


Humas IAIN Parepare--- Rabu, 8 April, kurang lebih 80
pejabat dalam lingkup Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare melakukan
penandatanganan Pakta Integritas Penegakan Kode Etik di lantai 5 gedung
Perpustakaan. Disaksikan Rektor IAIN Parepare, Ahmad Sultra Rustan mereka
menadatangani lembaran Pakta Integritas yang dibubuhi materai. Penandatangan
Pakta Interitas ini merupakan bentuk penegasan komitmen para pejabat dalam
menjalankan dan menegakkan sekaligus mengawasi pelaksanaan Kode Etik di kampus
IAIN Parepare.









Dalam Pakta Integritas tertuang beberapa poin
pernyataan yang menjadi komitmen yang harus dilaksanakan para pejabat IAIN
Parepare, di antaranya ;





  1. Menjaga
    citra dan kredibilitas IAIN Parepare, sesuai kode etik, jabatan dan peraturan
    tentang disiplin ASN;
  2. Berperan
    aktif dalam menegakkan kode etik di lingkungan institut;
  3. Melaksanakan
    Tupoksi sesuai dengan batas kewenangan;
  4. Menjadi
    teladan kepatuhan terhadap pelaksanaan kode etik dalam mengemban tugas di
    lingkungan institute secara konsisten;
  5. Menyampaikan
    dan melaporkan informasi pelanggaran kode etik yang terjadi di institute kepada
    Komite Penegak Kode Etik (KPKE) dan atau pejabat berwenang;
  6. Bersedia
    menerima sanksi jika melanggar komitmen tersebut di atas.








Rektor IAIN Parepare, Ahmad Sultra Rustan dalam
sambutannya mengatakan, pakta integritas merupakan integrity effect, yaitu
sebuah komitmen atau pernyataan diri untuk menjalankan amanah dan tanggung
jawab atas tugas yang diberikan. Pakta integritas ini sesuai dengan peraturan
pemerintah bahkan secara implisit mengandung makna bahwa kita berkomitmen untuk
tidak melakukan praktek kolusi, korupsi dan nepotisme.









Rektor berharap agar pakta integritas ini menjadi
peringatan bagi para pejabat dalam melaksanakan tugas dan kewajiban
masing-masing. “Setelah saudara (i) menandatangani pakta integritas tersebut,
itu berarti saudara (i) sekaligus menjadi pengontrol pelaksana kode etik.
Sebagai pengontrol maka hal pertama yang harus dilakukan adalah terlebih dahulu
mengontrol diri sendiri, baru kemudian mengontrol orang lain,” papar Rektor.









Penegakan kode etik sangat penting dilakukan dalam
kampus agar terwujud keteraturan bagi seluruh civitas akademika, mulai dari
mahasiswa, dosen sampai kepada pimpinan itu sendiri. “Kampus kita ini mendapat
pujian dari Rektor IAIN Curup ketika berkunjung ke kampus kita beberapa minggu
lalu,” kata Rektor. “Beliau mengakui kampus kita ini cukup tertib dan teratur.
Mahasiswa berpakaian sesuai dengan standar kode etik. Tidak ada mahasiswa atau
pun dosen dan pegawai yang berbusana berlebihan, misalnya memakai busana gamis,
celana ketat, cadar, dan lain-lain.” ungkap rektor menceritakan pengakuan
Rektor IAIN Curup.





 IAIN Parepare
sangat concern terhadap penegakan kode etik dengan merumuskan dan membuat 3
jenis buku kode etik, yaitu kode etik mahasiswa, kode etik pegawai dan kode etik
dosen. Untuk pelaksanaan kode etik tersebut, dibentuk Komite Penegak Kode Etik
IAIN Parepare berdasarkan Peraturan Rektor nomor 420 tahun 2019. Ada pun Komite
Penegak Kode Etik IAIN Parepare, yaitu : Dr. Hj. Hamdanah, M. Si (Ketua), Dr.
Iskandar, M.Sos.I (Sekretaris), Dr. Sitti Jamilah Amin, M.Ag. (anggota), Dr. H.
Sudirman L., (anggota), Hj. Musyarrafah Amin, M.Si.,(anggota), Dr. Herdah, M.Pd.,
(anggota), Budiman, M.H.I, (anggota), Dr. Zainal Said, MH., (anggota), Drs.
Anwar, M.Si., (anggota), Drs. Abdul Rahman K., (anggota)., Muh. Jafar, MA., (anggota),
Sunandar, S.Pd.I.,MA., (anggota), Azlan Thamrin, SH.,MH., (anggota).


Kamis, 02 Mei 2019

Kaprodi Tadris IPS: Mengasah Disabilitas menuju Kualitas


Share Experience-- Tepat hari ini tanggal 2 Mei kami dari Prodi Tadris IPS mengadakan suatu kegiatan yang kami beri tema “Sehari bersama Tadris IPS melalui Fun Learning based Culture” pada sekolah-sekolah di kota Parepare, pilihan kami jatuh pada SDLB Parepare, dengan menyalurkan beberapa konsep pembelajaran yang berbasis culture pada anak-anak disabilitas, diselah-selah keterbatasan mereka terdapat banyak anak-anak yang difabel mempunyai berbagai prestasi.





Namun juga dibalik keterbatasan mereka kita harus butuh ekstra kekuatan dalam menhadapi mereka, karena mereka hanya butuh cinta dan kasih sayang dalam pembelajarannya.





Di sekolah yang kami kunjungi ini terdapat  anak-anak difabel yang mempunyai IQ tinggi dan pada saat ini pula kami mengenalkan mereka pembelajaran yang fun, lewat playing with learning. Mari belajar mengetahui mereka sehingga mereka adalah kami.





Disabilisas adalah kata lain yang merujuk pada penyandang cacat atau difabel. Bagi masyarakat, disabilitas merupakan sebuah ironi yang menanti untuk mendapatkan respon positif dari masyarakat, namun mereka justru mendapatkan perlakuan berbeda dari masyarakat. Sebagian masyarakat masih miris jika menpunyai sanak saudara yang menyandang cacat, dipandangnya sebelah mata bahkan sampai ada yang berbuat anarkis dengan membuang keluarga mereka yang cacat, dengan alasan sederhana pembawa sial dalam keluarga, atau malah menjadi perusak keturunan.





Padahal mereka juga adalah ciptaan Allah yang juga mempunyai hak untuk hidup dan beraktifitas. Begitu juga halnya dengan masyarakat Umum, malah menhindari kaum disabilitas dari segala aktifitas dan rutinidas dalam kehidupan, dan juga alasannya  sama dengan menganggap disabilitas itu sebagai sumber aib dalam pergaulan. Kembali memahami status dan pandangan tetnang disabilitas.





Siapa itu
disabilitas ?





Menurut yuridis UU No 4 tahun 1997 tentang  penyandang cacat adalah didefinisikannya; adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya. Dan  terdiri dari penyandang cacat fisik dan penyandang cacat mental.





Keberadaan mereka telah di akui oleh pemerintah dan diharap semua masyarakat dapat memandang sama posisi dan kedudukan mereka dalam bersosialisasi dengan masyarakat.





Secara agama disabilitas dianggap dan diistilahkan dengan istilahdzawil ahat, dwawil ihtiyaj, al khashah orang-orang yang mempunyai keterbatasan. Dalam alquran yang sangat popular dalam tentang disabilitas adalah kisah ummi Maktum yang datang kepada nabi untuk memohon bimbingan Islam, namun Ummi Maktum diabaikan oleh Rasulullah Kemudian turunlah surah Abasa kepada beliu sebagai peringatan agar memeperhatikan Ummi Maktum meskipun Ummi Maktum itu tuna netra.





Rasulullah menekankan bahwa disabilitas tidak mempengarungi kesempurnaan mereka di mata Allah selama mereka memiliki iman yang kokoh. Bahkan beliau juga mengajarkan bahwa mereka yang disabilitas bukan lah hukuman dari Allah tetapi merupakan pengampunan atas dosa-dosa yang telah mereka lakukan. Nabi telah melindungi hak asasi kaum difabel dan menhapus distriminasi berlandaskan disabilitas.





Kisah ummi Maktum diatas perlu dipahami bahwa setiap yang memiliki kekurangan terdapat kelibihan di dalamnya, ummi Maktum yang tuna netra di berikan nikmat besar dari Allahyaituberupa kepekaan dengan mengetahui waktu. Pada menjelang fajar dengan berbekal tongkatnya ia keluar dari rumahnya kemudian menuju ke masjid serta mengumandangkan adzan.





Lain halnya dengan persahabatan nabi dengan Julaibib, beliau adalah adalah salah satu sahabat nabi yang memiliki tubuh pendek dan tak menawan. Karena fisiknya yang kurang menarik  keberadan beliu di Madina kurang disenangi oleh masyarakat setempat. Sehingganabi menyatakan kepada sahabat bahwa sesunggu jubaibil ini sebagian daripada diriku dan aku ini sebagaian darinya. Nabi kemudian melamarkan wanita cantik kepada jubaibil. Inilah lah sikap rasulullah menggambarkan prinsip inkluasi atau keseteraan bagi kaum difabel yang harus di terapkan. Lewat advokasi dan tindakan nyata dalam mendidik ummatnya untuk menerima, menyejahterakan dan memperdayakan kaum difabel.





Saat ini disabelitas telah membukti dirinya dalam kanca nasional dan internasional walau dalam keterbatasan mereka mampu mengukir prestasi demi prestasi.





Di Indonesia ini baru-baru diselenggarakan pesta olaraga bagi kaum difabel. Indonesialah yang menjadi tuan rumah pada event pesta tersebut memberikan kesempatan kepada seluru warga yang difabel yang mampu mengasah kemampuan mereka ikut dalam ajang event tersebut. Semangat positif dan tentu menuai banyak pujian baik dari dalam maupun luar negeri.





Asean para games telah digelar pada beberapa bulan yang lalu, dan Indonesialah menjadi Tuan rumah ketiga yang sebelum dilaksanakan di Guangzhou, Cina 2010 dan yang keduadi Incheon, Korea Selatan 2014 hingga saat ini 3.886 atlet dari 42 negara terdaftar sebagai peserta. Dan dari Indonesia sendiri terdiri dari 300 atlet dari Indonesia. Dan menariknya terdiri dari 18 cabang olahraga yang pertandingkan.Diantaranya adalah panahan, atletik, badminton, boccia, bowling lapangan, angat besi, shooting, renang, tennis meja, voli duduk, basket kursi roda, panahan kursi roda dan tennis kursi roda.





Diantara  yang menarik dalam event pertandingan Asia
Para Games adalah pada kaum difabel adalah boccia yaitu jenis
olaraga bagi penderita keterbetasan motorik(cerebral palsy) dan
dimainkan diatas kursi roda dengan melemparkan bola kulit yang merah atau biru
dengan sedekat mungkin. Yang tidak bisa menggunakan tangannya boleh dengan alat
bantu.





Lain halnya
dengan goalball adalah permainan yang didesain untuk para tuna tetra
yang mereka mempunyai keterbetasan penglihatan.setiap tim terdiri dari tiga
peserta. Bola dilempar ke gawang lawan dan lawan berusaha mencegah masuknya
bola dengan badan mereka. Permainan tersebut hanya berada di area depan gawang
sendiri sepanjang pertandingan. Karena tidak bisa melihat bola maka bola diisi
dengan lonceng agar pemain bisa mengatahui arah datangnya bola, dan penonton
dilarang berisik agar para pemain dapat konsentrasi mendengar datangnya bola
tersebut.





Ajang Asian
Para Games ini juga ditujukan untuk bisa membangkitkan kepercayaan diri para
atlet bagi mereka penyandang disabilitas sehingga tidak lagi merasa minder
dan dipandang sebelah mata oleh masyarakat.





Untuk lebih memahami tujuan diadakannya event ini adalah semata-mata hanya untuk meningkatkan kesejatraan penyandang disabelitas melalui partisipasi mereka dalam ajang olaraga, memperdalam nilai pengertian dan persahabatan antar penyandang cacat serta mendukung rehabilitasnya melalui aktivitas oralaraga.Akhirnya konsep untuk mensejaterahkan mereka para difabel adalah melalui solusi; Teknologi. Teknologi lah yang menjadi solusi bagi mereka. Walau dalam kasat mata masih belum meratanya penggunaan fasilitas umum seperti kursi roda umum untuk menunjang mereka dapat beraktifitas seperti manusia yang normal. Ini sangat berbeda di Negara maju fasilitas untuk disabelitas disamakan dengan masyarakat umum, mulai dari  tiolet, trotoar, hingga transportasi umum yang dapat menujang aktifitas bagi disabelitas. Contoh yang di lansir dari Cnet(2/2) seorang penyandang cacat yang bernama Austin whitney, membuat orang tercengang karena dia berdiri dari kursi rodanya danberjalan sejauh 3 meter untuk menerima gelar sarjananya di Universitas of Calofornia. Namun hal itu bukanlah sebuah keajaiban, Whitney memang memakai jubbah robot exoskeleton, yakni sebuah robot yang bisa dipakai dan dilengkap dengan persendian di pinggul dan lutut untuk membantu pergerakan para penyandang disabelitas. Jubbah robot ini bisa membuat para difabel berjalan selama 4 jam dan bahkan bisa membuat para difabel bermain bola.





Konsep kedua bagi para penyandang cacat adalah pendidikan Inklusi. Pendidikan Inklusii adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan yang mengabungkan pendidikan regular dengan pendidikan khusus dalam satu system sekolahan.





Untuk dapat mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik, intektual dan sosial emosional. Dengan pendidikan inklusif ini di harap para penyandang cacat terlatih kemandiriannya dan kemapuan intraksinya, dalam menciptakan kesetaraan dan memupuk rasa percaya diri. Disamping juga pendidikan Inklusi ini akan mempermudah akses bagi kaum disabilitas sehingga tidak putus sekolah.





Selanjutnya konsep ketiga setelah pendidikan Inkuisi adalah lapangan kerja, lapangan kerja juga masih sedikit memberikan peluang bagi kaum disabelitas. Malah dunia pencari kerja memberikan persyaratan yang sangat tinggi bagi penyandang disabelitas. Seperti adanya tes kesahatan dan tes psiotrapy, serta standar kualifikasi pendidikan yang kadang menyudutkan para penyandang disabilitas.





Maka dari itu  ketua FKPCTI (Forum Kesejatraan Penyandang Cacat Tubuh Indonesia ) Mahmud Fasya meminta dihapuskan syarat pendidikan dan mengganti dengan syarat keterampilan. Jika mengacu pada syarat tenaga kerja S1,S2 dan S3 hal ini menjadi penhambat utama bagi kaum difabel. Ketika pemerintah akan membuka lapangan kerja hendak tidak melihat dari keterbatasan mereka karena mereka juga punya potensi dan konpetensi untuk di beri kesempatan. Lihatlah mereka dengan kemapuan apa yang dilakukannya dengan memberikan alat bantu agar bisa memaksimalkan aktifitasnya. Mereka para disabelitas perlu dorongan lebih menyakinkan bahwa  mereka juga bisa dan dapat bersaing. Hal ini perlu dilakukan pemberdayaan.





Dari ketiga
model solusi yang di tawarkan untuk para penyandang disabelitas diatas maka
perlu kembali penegasan ulang tentang hakekat keberadaan mereka. Disabelitas
bukan dipandang sebagai kecacatan yang dialami oleh seseorang tapi sebuah
keadaan yang menyebabkan ia tidak dapat melakukan fungsi-fungsi dirinya secara
optimal.





Yang terakhir dan paling penting  bagi para penyandang cacat adalah dukungan dan peran keluarga. Dukungan mereka sangat diperlukan sebagia orang disabilitas.Mereka tetap harus diakui dan diperdayakan selayaknya manusia umumnya. Sehingga membuat hidup mereka lebih bermakna karena adanya penghargaan atas hak-haknya sebagai manusia





Kualitas mereka
sudah tidak diragukan lagi setelah menyaksikan beberapa atlet Asian Para Games
yang berlaga dalam kanca pertandingan, seperti yang dialami Fadil Imanuddin
yang telah menyubangkan Emas untuk Indonesia walau kakinya telah diamputasi
akibat kecelakaan saat fadil bertanding. Walau dengan kaki palsu Fadil dapat
menyumbangkan emas untuk Indonesia dalam pertandingan balap sepeda.





Mari  bersama merangkul mereka yang disabilitas karena mereka juga adalah saudara kita.







Penulis: Dr. Ahdar Djamaluddin





(KaProdi Tadris IPS IAIN Parepare)





Mengasah Disabilitas menuju Kualitas


(Kunjungan di Hari Pendidikan Nasional pada SLB (Sekolah Luar Biasa) di Kota Parepare)



Inspirasi Pendidikan, Langkah Nyata Mahasiswa Tadris IPS Peringati Hardiknas


IAIN Parepare--- Sejumlah mahasiswa Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare melakukan kunjungan ke beberapa sekolah, Kamis (02/05).









Kunjungan tersebut dalam rangka Sehari bersama Tadris IPS melalui Fun Learning based Culture. Ahdar Djamaluddin selaku Ketua Penanggungjawab Program studi (Prodi) Tadris IPS mengungkapkan inspirasi pendidikan ini dilakukan agar mahasiswa sadar akan nilai-nilai perjuangan Ki Hajar Dewantara lewat perjuangannya di dunia pendidikan.





Perlu diketahui setiap tanggal 2 Mei diperingati Hari Pendidikan Nasional, disingkat HARDIKNAS.





Tanggal 2 Mei merupakan hari nasional yang bukan hari libur, ditetapkan oleh pemerintah Indonesia untuk memperingati kelahiran Ki Hadjar Dewantara, tokoh pelopor pendidikan di Indonesia dan pendiri lembaga pendidikan Taman Siswa.





Adapun beberapa sekolah yang dikunjungi di antaranya SDN 76 Bacukiki dan MI DDI Bacukiki dan Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Parepare.





"Sekolah ini kami pilih sebagai sekolah sekolah inspirasi karena sekolah ini berbatasan dengan kabupaten Sidrap yang sebagian dari siswa pada SD 76 berasal dari Sidrap mereka menempuh perjalanan sekita 1.5 jam jadi mereka harus menempuh sekitas 3 jam dalam sehari," jelas Ahdar.









Dengan mengangkat tema Inspirasi pendidikan, para mahasiswa dapat saling sharing bersama siswa-siswi pada sekolah tersebut.





"Kami pilih juga tema fun learning based culture dengan mengenalkan model-model pendidikan yang menyenangkan dan cara playing with learning," tambah Ahdar.









Nurhikmah salah satu mahasiswa Tadris IPS mengaku bersyukur dengan dilaksanakannya kegiatan ini.





"Semoga adek-adek bisa menghargai sebuah pendidikan bahwa pendidikan itu sangat penting. Selain itu, Tadris IPS juga bisa dikenal lebih luas dan alhamdulillah guru-guru menyambut baik dan mereka berharap agar kegiatan seperti ini sering-sering dilaksanakan," jelasnya saat diwawancarai via whatsapp.






Penguatan Spiritual Mahasiswa melalui Isra Mi'raj


Humas IAIN Parepare--- Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) dan seluruh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) yang ada pada lingkup IAIN Parepare menggelar peringatan Isra Mi’raj, Rabu (01/05).





Kegiatan ini dirangkaian dengan dzikir bersama dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan 1440 H di Mesjid Al Wasilah IAIN Parepare.









Kegiatan ini mengangkat
tema ‘Memperkokoh Relasi Spiritual dan Sosial Hablum Minallah wa Hablum Minannas
Mahasiswa IAIN Parepare’ dengan menghadirkan pembawa hikmah Isra Mi’raj Dr.
Muhammad Idris Usman, M.Ag dan Dzikir bersama yang dipimpin oleh Ustadz Lukman,
S.Pd.





Acara yang dimulai dari pukul 09.00 WITA ini dihadiri ratusan mahasiswa, HMJ dan juga pihak Fakultas, serta Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Dr. H.  Muhammad Saleh, M.Ag.









Muhammad Saleh, dalam arahannya mengapresiasi atas
terlaksananya kegiatan peringatan Isra Mi’raj ini dan beliau juga berpesan kepada
mahasiswa untuk selalu menjaga hubungan silaturahmi sesuai dengan tema kegiatan
ini.





Dengan peringatan ini, diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar bagi mahasiswa sebagai sarana pembelajaran untuk memperdalam kisah Isra Mi’raj dan mengambil nilai hikmah atas peristiwa bersejarah itu. (Ak)