Jumat, 10 Mei 2019

Jadwal Buka Puasa Janggal, Tim Hisab dan Rukyat IAIN Parepare Keluarkan Imsakiyah Ramadhan


Humas IAIN Parepare--- Tim Hisab dan Rukyat Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare mengeluarkan jadwal imsakiyah Ramadhan 2019 M/1440 H. Inisiasi penerbitan jadwal Imsakiyah dilakukan karena muncul keluhan masyarakat yang menganggap waktu buka puasa agak janggal karena sepertinya azan Magrib sebelum matahari benar-benar terbenam. Ketua Tim Hisab dan Rukyat Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Islam IAIN Parepare, Dr. KH. Agus Muchsin, M.Ag., menjelaskan hal tersebut, ketika dikonfirmasi di ruangan kerjanya, Kamis, 9 Mei.









“Kami memperoleh
masukan dari beberapa rekan dan masyarakat umum yang ragu terhadap jadwal buka
puasa pada awal ramadhan. Mereka meminta kami untuk melakukan riset dan
menentukan Imsakiyah Ramadhan,” terang Agus Muchsin memberi konfirmasi. Agus Muchsin
yang juga ulama/muballig terkemuka di Sulawesi Selatan mengatakan sebagai orang
yang memiliki kompetensi dan kewenangan dalam bidang ilmu falak, maka saya
bersama tim Hisab dan Rukyat Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Islam IAIN
Parepare merespon keluhan masyarakat terhadap kecenderungan cepatnya waktu buka
puasa pada awal ramadhan.









Melalui tim ahli bidang
ilmu Falak yang dikoordinir oleh Abd. Karim Faiz, S.H.I, kami melakukan kajian
dan riset lapangan. Hasilnya, kami menemukan terjadinya perbedaan jadwal
Imsakiyah antar daerah (kabupaten/kota) di Sulawesi Selatan. Artinya, jadwal
imsakiyah yang ditentukan dan dikeluarkan di Makassar, tidak bisa diberlakukan
di daerah lain, seperti kota Parepare dan sekitarnya. Ada selisih rentang
waktu, sekitar 3 menit pada setiap kabupaten. Perbedaan itu terjadi karena
adanya ketidaksamaan titik koordinat antar satu kabupaten dengan kabupaten
lain.   









Untuk wilayah kota Parepare, titik koordinat berada pada 1190 391 49.43” BT / 40 11 28.74” LS. Hasil perhitungan yang menggunakan metode hisab menemukan selisih rentang waktu antara kota Parepare dengan daerah sekitar. Misalnya untuk kabupaten Barru ada selisih -1 menit, kabupaten Sidrap -1 menit, kabupaten Pinrang +1 menit, dan kabupaten Enrekang +1 menit. Titik koordinat kota Parepare berbeda dengan titik koordinat kota Makassar sehingga bisa dipastikan jadwal Imsakiyah Ramadhan juga berbeda.









Berdasarkan adanya
perbedaan titik koordinat setiap kabupaten, maka seharusnya pemerintah daerah
harus mengantisipasi hal tersebut dengan melakukan perhitungan waktu di
daerahnya masing-masing. Hal itu penting dilakukan, agar umat Islam yang
menjalankan ibadah puasa dapat menyegerakan waktu buka puasa dan memperlambat
sahurnya tapi tidak kebablasan. Langkah itu memungkinkan dilakukan seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin cepat.





Dalam kaitan tersebut, Wakil Dekan bidang AKK Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Islam yang juga menjadi tim ahli/pakar ilmu falak, Budiman mengatakan bahwa pihaknya sebagai lembaga Perguruan Tinggi Islam telah menyiapkan dan mengembangkan pusat hisab dan rukyat di kota Parepare. “Jadi selain Makassar, IAIN Parepare akan menjadi pusat hisab dan rukyat di Sulawesi Selatan. Kami telah memiliki sarana, teknologi, dan ahli/pakar bidang ilmu falak yang ditunjang dengan posisi kami yang berada di atas ketinggian dengan hamparan laut secara langsung. Kondisi ini sangat mendukung kegiatan riset lapangan,” papar Budiman.





 “Kami telah membentuk lembaga Pusat Hisab dan
Rukyat. Melalui lembaga ini, Parepare akan menjadi salah satu tempat untuk
melihat hilal dalam penentuan 1 ramadhan nantinya. Bukan itu saja, lembaga ini juga
akan fokus pada program penentuan dan pengukuran arah kiblat, lokasi kuburan,
lokasi masjid dan masjid yg sudah dibangun. Insyaallah kami akan memberikan
pelayanan dan membantu masyarakat yang membutuhan perihal tersebut,” kata Budiman
saat ditemui.





Sementara Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum Islam, Muliati mengatakan apa yang dilakukan Tim Hisab
dan Rukyat merupakan wujud pengabdian dan tanggung jawab keilmuan dan
kelembagaan sebagai perguruan tinggi Islam. “Kami akan memberikan kontribusi
positif kepada masyarakat sebagai wujud pengabdian dan tanggung jawab akademik.
Jadwal imsakiyah ini diharapkan dapat menjawab keraguan masyarakat yang sedang
melaksanakan ibadah puasa Ramadhan.” ujar Dekan perempuan pertama di IAIN
Parepare. (s.s).


Rabu, 08 Mei 2019

Tim Pengelola SAO Jurnal IAIN Parepare Optimis Akreditasi Jurnal 2019


Humas IAIN Parepare--- Pasca terbitnya Surat Keputusan Rektor IAIN Parepare nomor 407 Tahun 2019 tentang Tim Pengelola Sao Jurnal IAIN Parepare, pengelola langsung melaksanakan rapat koordinasi bersama dengan seluruh pengelola jurnal lingkup IAIN Parepare yang sebelumnya didahului dengan rapat internal yang dilaksanakan pada hari Kamis, 2 Mei 2019 untuk membahas program kerja yang akan dicanangkan tahun 2019 dalam rapat tersebut disepakati bahwa jurnal yang sudah berusia di atas 2 tahun harus segera diajukan ke ARJUNA untuk akreditasi. Untuk menindaklanjuti rapat pertama maka pengelola melakakukan pertemuan pada Jumat, 3 Mei 2019 melakukan evaluasi dan screening terhadap jurnal yang ada. Untuk menindaklanjuti hasil rapat tersebut dilaksanakan rapat koordinasi dengan pengelola jurnal di IAIN Parepare.









Berangkat dari hal tersebut tim pengelola SAO Jurnal IAIN parepare yang di Nahkodai oleh Dr.Ali Rusdi, S.Th.I, M.H.I , berkomitmen di tahun 2019 minimal ada 4 jurnal IAIN pareare yang telah terakreditasi. Komitmen bersama ini dia ambil pada saat rapat seluruh Tim pengelola jurnal lingkup IAIN Parepare di Ruang Rapat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada masyarakat (LP2M) IAIN Parpare, 08/05/2019.









“ Tahun ini kita sepakat bahwa minimal ada 4 jurnal kita yang harus terakreditasi, jadi kita perlu komitmen dan kerja keras teman-teman. Kedengaranya memang bukan hal yang mudah tapi bukan berarti kita tidak bisa” papar Ketua Tim SAO Jurnal Ali Rusdi









Diketahui bersama bahwa Jurnal yang di kelola IAIN parepare berjumlah 6 buah yakni, Diktum (Jurnal Syariah dan Hukum) terakreditasi Sinta 6, Kuriositas (Media Komunikai social dan Keagamaan), Komunida (Media Komunikasi dan Dakwah), Al-Maiyyah (Studi gender dan Anak), dan Al-Islah (Jurnal Studi Pendidikan), Banco (Jurnal Manajemen Perbankan Syariah).
Dalam rapat tersebut Ali Rusdi pun memaparkan beberapa hal yang menjadi titik lemah dalam pengelolaan jurnal selama ini baik dari segi subtansi, teknis, Reviewer maupun dari kualitas tulisan (Plagiarisme), hal tersebut menjadi pekerjaan rumah para pengelola jurnal untuk meminimalisir kelemahan kelamahan yang ada.









“ya.. kita tidak pungkiri masih banyak kekurangan-keurangan yang harus kita benahi bersama, baik dari segi subtansi seperti Reviewernya sampai dengan tingkat Plagarismenya maupun persoalan teknis lainya, di tahun ini kita akan benahi semua itu untuk menuju komitmen yang kita harapkan bersama. “tutup Ali Rusdi”
Pasca rapat Islamul Haq selaku pengelola Jurnal Kuriositas mengapresiasi pertemuan perdana SAO Jurnal tersebut.
“dengan adanya SAO Jurnal koordinasi semua jurnal yang ada di IAIN Parepare dapat terkonsolidasi dengan baik untuk meningkatkan kualitas jurnal yang ada.” Tutur Islamul Haq.





Penulis sumber: Ali Rusdi


RAMADAN; PENJEMPUTAN YANG KELIRU?


Opini





M. Yasin Soumena





Dosen dan Wakil
Dekan
Bidang AUPK FEBI
IAIN Parepare





RAMADAN, sebuah istilah ritual yang sudah melembaga dalam setiap hati muslim. Term Ramadan, penuh dengan berbagai keunikan dan keistimewaan, sehingga sebahagian masyarakat muslim yang mendengar kedatangannya pasti mengucapkan Ahlan Wa Sahlan Ya Ramadan “Selamat Datang Ya Ramadan”.





Sebahagian
masyarakat Islam lebih menggunakan tahniah yang sangat halus lagi, yakni Marhaban Ya Ramadan, yang bermakna “luas
atau lapang”. Setiap tahun, bulan ini hadir di tengah-tengah komunitas muslim
dalam memberi nuansa baru untuk manata hidup dan kehidupannya.





Kini,
bulan Ramadan itu datang lagi. Tapi sayangnya, tidak semua orang muslim senang
dengan kedatangannya. Mengapa? Karena bulan ini hanya diperuntukan bagi orang
yang beriman. Jadi yang tidak memiliki nilai-nilai keimanan otomatis tidak
ingin didatangi oleh bulan mulia ini.





Bagi
mereka yang beriman, pasti terharu dan gembira, bahkan meneteskan air mata kegembiraan
karena masih diberi kesempatan oleh Allah swt menjumpai tamu agung ini. Mereka
menganggap bahwa ini adalah tamu istimewa yang perlu dijemput.





Perlu
dijemput dengan suasana lapang dada dan penuh kegembiraan, kesucian hati,
penetesan air mata, menyiapkan suasana rumah yang bersih, menampakan wajah yang
berseri keharuan, bukan menggerutu, dan suasana indah lainnya.





Ini
terjadi seperti layaknya seorang yang baru bertemu tamu tercinta dan sangat
dirindukan setelah berpisah selama satu tahun. Siapapun pasti merasakan hal
yang sama ketika berpisah dengan tamu yang sangat disenangi dan dicintai,
kemudian dipertemukan kembali setelah setahun berpisah.





Apalagi
saat berpisah tahun lalu diwarnai “lambaian tangan” dan isak tangis
mengharukan. Bagi tamu agung ini, kita siap atau tidak, kita terima atau tidak,
kita jemput atau tidak ia pasti berada di tengah-tengah kita untuk melihat
suasana kehidupan selama satu tahun tersebut.





Persiapan





Menurut
Quraish Shihab, term marhaban
menggambarkan tamu yang datang perlu di sambut dan diterima dengan dada lapang,
penuh kegembiraan serta disiapkan ruangan yang luas untuk melakukan segala yang
diinginkannya. Dengan demikian, lanjut Quraish Shihab, Marhaban Ya Ramadan mempunyai konotasi bahwa kita menyambutnya
dengan penuh kegembiraan, tidak menggerutu, dan tidak menganggap kehadirannya
mengganggu ketenangan atau suasana nyaman kita.





Kita
siapkan tempat yang luas agar bebas melakukan apa saja yang berkaitan dengan upaya
mengasuh dan mengasah jiwa kita. Sayangnya, kita sering keliru memahami
kesiapan dalam menyambut bulan Ramadan. Kita bisa saja mudah mengucapkan Marhaban Ya Ramadan, tapi menjadi tanda tanya
apa yang perlu kita siapkan.





Bisakah
kita mengelak dan menjawab secara retorika bahwa kita sudah siap mental dan
fisik.Tapi jawabannya tentu tidak sampai di situ karena orang lain akan melihat
apa di balik tingkah laku seorang dalam menyambut bulan ini.





Banyak
orang telah siap mental dan fisik, tapi tempat dan lingkungan yang akan dihuni
tamu agung ini sungguh menyedihkan. Jauh dan tidak layak bagi seorang tamu
bernama Ramadan.





Coba
lihat praktik orang-orang di wilayah paling timur negeri ini, masyarakat Islam
di pesisir pantai daerah Maluku. Kebiasaan yang sudah membudaya, yakni setiap
menjelang bulan Ramadan semua peralatan rumah dibawa ke sungai atau laut untuk
dibersihkan.





Rumah
dan lingkungan dicat dan dibersihkan dari debu atau kotoran yang dianggap dapat
mengganggu pelaksanaan ibadah puasa, sehingga saat masuk bulan Ramadan hidup
mereka terasa bersih dan nyaman. Mereka membersihkan rumah dan halaman bukan
menjelang hari raya Idul Fitri, tapi menjelang Ramadan.





Ini
berbeda dengan yang dipraktikan di daerah ini (Sulsel). Sebahagian besar
masyarakat membersihkan rumah dan lingkungan menjelang lebaran. Prinsip baku
dan sudah merupakan “warisan” nenek moyang, biar hidup dalam suasana apa
adanya, nanti menjelang lebaran baru dibenahi.





Konotasinya,
ternyata yang disiapkan bukan untuk tamu agung itu, tapi tamu antar sesamanya. Terasa
malu jika tamu yang datang berhaalal bi
halal
melihat suasana rumahnya tidak indah. Tapi tidak merasa malu ketika
tamu agung yang datang itu melihat suasana rumah dan lingkungannya penuh
kotoran.





Tamu
agung ini tentu akan bertanya, bisakah Anda berpuasa dengan baik jika
lingkunganmu tidak sehat? Jawabannya, bisa “ya” dan bisa “tidak”, tergantung
manusianya. Karenanya, perlu dirubah pola pikir dan praktik kita, bahwa
sebaiknya pembersihan rumah dan lingkungan itu dilakukan menjelang Ramadan,
bukan menjelang lebaran. Sebab, yang lebih diutamakan adalah Ramadannya, bukan
lebaran.





Wallahu ‘Alam bi
al-Sawab


Disaksikan Rektor, Pejabat IAIN Parepare Tandatangani Pakta Integritas Penegakan Kode Etik


Humas IAIN Parepare--- Rabu, 8 April, kurang lebih 80
pejabat dalam lingkup Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare melakukan
penandatanganan Pakta Integritas Penegakan Kode Etik di lantai 5 gedung
Perpustakaan. Disaksikan Rektor IAIN Parepare, Ahmad Sultra Rustan mereka
menadatangani lembaran Pakta Integritas yang dibubuhi materai. Penandatangan
Pakta Interitas ini merupakan bentuk penegasan komitmen para pejabat dalam
menjalankan dan menegakkan sekaligus mengawasi pelaksanaan Kode Etik di kampus
IAIN Parepare.









Dalam Pakta Integritas tertuang beberapa poin
pernyataan yang menjadi komitmen yang harus dilaksanakan para pejabat IAIN
Parepare, di antaranya ;





  1. Menjaga
    citra dan kredibilitas IAIN Parepare, sesuai kode etik, jabatan dan peraturan
    tentang disiplin ASN;
  2. Berperan
    aktif dalam menegakkan kode etik di lingkungan institut;
  3. Melaksanakan
    Tupoksi sesuai dengan batas kewenangan;
  4. Menjadi
    teladan kepatuhan terhadap pelaksanaan kode etik dalam mengemban tugas di
    lingkungan institute secara konsisten;
  5. Menyampaikan
    dan melaporkan informasi pelanggaran kode etik yang terjadi di institute kepada
    Komite Penegak Kode Etik (KPKE) dan atau pejabat berwenang;
  6. Bersedia
    menerima sanksi jika melanggar komitmen tersebut di atas.








Rektor IAIN Parepare, Ahmad Sultra Rustan dalam
sambutannya mengatakan, pakta integritas merupakan integrity effect, yaitu
sebuah komitmen atau pernyataan diri untuk menjalankan amanah dan tanggung
jawab atas tugas yang diberikan. Pakta integritas ini sesuai dengan peraturan
pemerintah bahkan secara implisit mengandung makna bahwa kita berkomitmen untuk
tidak melakukan praktek kolusi, korupsi dan nepotisme.









Rektor berharap agar pakta integritas ini menjadi
peringatan bagi para pejabat dalam melaksanakan tugas dan kewajiban
masing-masing. “Setelah saudara (i) menandatangani pakta integritas tersebut,
itu berarti saudara (i) sekaligus menjadi pengontrol pelaksana kode etik.
Sebagai pengontrol maka hal pertama yang harus dilakukan adalah terlebih dahulu
mengontrol diri sendiri, baru kemudian mengontrol orang lain,” papar Rektor.









Penegakan kode etik sangat penting dilakukan dalam
kampus agar terwujud keteraturan bagi seluruh civitas akademika, mulai dari
mahasiswa, dosen sampai kepada pimpinan itu sendiri. “Kampus kita ini mendapat
pujian dari Rektor IAIN Curup ketika berkunjung ke kampus kita beberapa minggu
lalu,” kata Rektor. “Beliau mengakui kampus kita ini cukup tertib dan teratur.
Mahasiswa berpakaian sesuai dengan standar kode etik. Tidak ada mahasiswa atau
pun dosen dan pegawai yang berbusana berlebihan, misalnya memakai busana gamis,
celana ketat, cadar, dan lain-lain.” ungkap rektor menceritakan pengakuan
Rektor IAIN Curup.





 IAIN Parepare
sangat concern terhadap penegakan kode etik dengan merumuskan dan membuat 3
jenis buku kode etik, yaitu kode etik mahasiswa, kode etik pegawai dan kode etik
dosen. Untuk pelaksanaan kode etik tersebut, dibentuk Komite Penegak Kode Etik
IAIN Parepare berdasarkan Peraturan Rektor nomor 420 tahun 2019. Ada pun Komite
Penegak Kode Etik IAIN Parepare, yaitu : Dr. Hj. Hamdanah, M. Si (Ketua), Dr.
Iskandar, M.Sos.I (Sekretaris), Dr. Sitti Jamilah Amin, M.Ag. (anggota), Dr. H.
Sudirman L., (anggota), Hj. Musyarrafah Amin, M.Si.,(anggota), Dr. Herdah, M.Pd.,
(anggota), Budiman, M.H.I, (anggota), Dr. Zainal Said, MH., (anggota), Drs.
Anwar, M.Si., (anggota), Drs. Abdul Rahman K., (anggota)., Muh. Jafar, MA., (anggota),
Sunandar, S.Pd.I.,MA., (anggota), Azlan Thamrin, SH.,MH., (anggota).


Kamis, 02 Mei 2019

Kaprodi Tadris IPS: Mengasah Disabilitas menuju Kualitas


Share Experience-- Tepat hari ini tanggal 2 Mei kami dari Prodi Tadris IPS mengadakan suatu kegiatan yang kami beri tema “Sehari bersama Tadris IPS melalui Fun Learning based Culture” pada sekolah-sekolah di kota Parepare, pilihan kami jatuh pada SDLB Parepare, dengan menyalurkan beberapa konsep pembelajaran yang berbasis culture pada anak-anak disabilitas, diselah-selah keterbatasan mereka terdapat banyak anak-anak yang difabel mempunyai berbagai prestasi.





Namun juga dibalik keterbatasan mereka kita harus butuh ekstra kekuatan dalam menhadapi mereka, karena mereka hanya butuh cinta dan kasih sayang dalam pembelajarannya.





Di sekolah yang kami kunjungi ini terdapat  anak-anak difabel yang mempunyai IQ tinggi dan pada saat ini pula kami mengenalkan mereka pembelajaran yang fun, lewat playing with learning. Mari belajar mengetahui mereka sehingga mereka adalah kami.





Disabilisas adalah kata lain yang merujuk pada penyandang cacat atau difabel. Bagi masyarakat, disabilitas merupakan sebuah ironi yang menanti untuk mendapatkan respon positif dari masyarakat, namun mereka justru mendapatkan perlakuan berbeda dari masyarakat. Sebagian masyarakat masih miris jika menpunyai sanak saudara yang menyandang cacat, dipandangnya sebelah mata bahkan sampai ada yang berbuat anarkis dengan membuang keluarga mereka yang cacat, dengan alasan sederhana pembawa sial dalam keluarga, atau malah menjadi perusak keturunan.





Padahal mereka juga adalah ciptaan Allah yang juga mempunyai hak untuk hidup dan beraktifitas. Begitu juga halnya dengan masyarakat Umum, malah menhindari kaum disabilitas dari segala aktifitas dan rutinidas dalam kehidupan, dan juga alasannya  sama dengan menganggap disabilitas itu sebagai sumber aib dalam pergaulan. Kembali memahami status dan pandangan tetnang disabilitas.





Siapa itu
disabilitas ?





Menurut yuridis UU No 4 tahun 1997 tentang  penyandang cacat adalah didefinisikannya; adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya. Dan  terdiri dari penyandang cacat fisik dan penyandang cacat mental.





Keberadaan mereka telah di akui oleh pemerintah dan diharap semua masyarakat dapat memandang sama posisi dan kedudukan mereka dalam bersosialisasi dengan masyarakat.





Secara agama disabilitas dianggap dan diistilahkan dengan istilahdzawil ahat, dwawil ihtiyaj, al khashah orang-orang yang mempunyai keterbatasan. Dalam alquran yang sangat popular dalam tentang disabilitas adalah kisah ummi Maktum yang datang kepada nabi untuk memohon bimbingan Islam, namun Ummi Maktum diabaikan oleh Rasulullah Kemudian turunlah surah Abasa kepada beliu sebagai peringatan agar memeperhatikan Ummi Maktum meskipun Ummi Maktum itu tuna netra.





Rasulullah menekankan bahwa disabilitas tidak mempengarungi kesempurnaan mereka di mata Allah selama mereka memiliki iman yang kokoh. Bahkan beliau juga mengajarkan bahwa mereka yang disabilitas bukan lah hukuman dari Allah tetapi merupakan pengampunan atas dosa-dosa yang telah mereka lakukan. Nabi telah melindungi hak asasi kaum difabel dan menhapus distriminasi berlandaskan disabilitas.





Kisah ummi Maktum diatas perlu dipahami bahwa setiap yang memiliki kekurangan terdapat kelibihan di dalamnya, ummi Maktum yang tuna netra di berikan nikmat besar dari Allahyaituberupa kepekaan dengan mengetahui waktu. Pada menjelang fajar dengan berbekal tongkatnya ia keluar dari rumahnya kemudian menuju ke masjid serta mengumandangkan adzan.





Lain halnya dengan persahabatan nabi dengan Julaibib, beliau adalah adalah salah satu sahabat nabi yang memiliki tubuh pendek dan tak menawan. Karena fisiknya yang kurang menarik  keberadan beliu di Madina kurang disenangi oleh masyarakat setempat. Sehingganabi menyatakan kepada sahabat bahwa sesunggu jubaibil ini sebagian daripada diriku dan aku ini sebagaian darinya. Nabi kemudian melamarkan wanita cantik kepada jubaibil. Inilah lah sikap rasulullah menggambarkan prinsip inkluasi atau keseteraan bagi kaum difabel yang harus di terapkan. Lewat advokasi dan tindakan nyata dalam mendidik ummatnya untuk menerima, menyejahterakan dan memperdayakan kaum difabel.





Saat ini disabelitas telah membukti dirinya dalam kanca nasional dan internasional walau dalam keterbatasan mereka mampu mengukir prestasi demi prestasi.





Di Indonesia ini baru-baru diselenggarakan pesta olaraga bagi kaum difabel. Indonesialah yang menjadi tuan rumah pada event pesta tersebut memberikan kesempatan kepada seluru warga yang difabel yang mampu mengasah kemampuan mereka ikut dalam ajang event tersebut. Semangat positif dan tentu menuai banyak pujian baik dari dalam maupun luar negeri.





Asean para games telah digelar pada beberapa bulan yang lalu, dan Indonesialah menjadi Tuan rumah ketiga yang sebelum dilaksanakan di Guangzhou, Cina 2010 dan yang keduadi Incheon, Korea Selatan 2014 hingga saat ini 3.886 atlet dari 42 negara terdaftar sebagai peserta. Dan dari Indonesia sendiri terdiri dari 300 atlet dari Indonesia. Dan menariknya terdiri dari 18 cabang olahraga yang pertandingkan.Diantaranya adalah panahan, atletik, badminton, boccia, bowling lapangan, angat besi, shooting, renang, tennis meja, voli duduk, basket kursi roda, panahan kursi roda dan tennis kursi roda.





Diantara  yang menarik dalam event pertandingan Asia
Para Games adalah pada kaum difabel adalah boccia yaitu jenis
olaraga bagi penderita keterbetasan motorik(cerebral palsy) dan
dimainkan diatas kursi roda dengan melemparkan bola kulit yang merah atau biru
dengan sedekat mungkin. Yang tidak bisa menggunakan tangannya boleh dengan alat
bantu.





Lain halnya
dengan goalball adalah permainan yang didesain untuk para tuna tetra
yang mereka mempunyai keterbetasan penglihatan.setiap tim terdiri dari tiga
peserta. Bola dilempar ke gawang lawan dan lawan berusaha mencegah masuknya
bola dengan badan mereka. Permainan tersebut hanya berada di area depan gawang
sendiri sepanjang pertandingan. Karena tidak bisa melihat bola maka bola diisi
dengan lonceng agar pemain bisa mengatahui arah datangnya bola, dan penonton
dilarang berisik agar para pemain dapat konsentrasi mendengar datangnya bola
tersebut.





Ajang Asian
Para Games ini juga ditujukan untuk bisa membangkitkan kepercayaan diri para
atlet bagi mereka penyandang disabilitas sehingga tidak lagi merasa minder
dan dipandang sebelah mata oleh masyarakat.





Untuk lebih memahami tujuan diadakannya event ini adalah semata-mata hanya untuk meningkatkan kesejatraan penyandang disabelitas melalui partisipasi mereka dalam ajang olaraga, memperdalam nilai pengertian dan persahabatan antar penyandang cacat serta mendukung rehabilitasnya melalui aktivitas oralaraga.Akhirnya konsep untuk mensejaterahkan mereka para difabel adalah melalui solusi; Teknologi. Teknologi lah yang menjadi solusi bagi mereka. Walau dalam kasat mata masih belum meratanya penggunaan fasilitas umum seperti kursi roda umum untuk menunjang mereka dapat beraktifitas seperti manusia yang normal. Ini sangat berbeda di Negara maju fasilitas untuk disabelitas disamakan dengan masyarakat umum, mulai dari  tiolet, trotoar, hingga transportasi umum yang dapat menujang aktifitas bagi disabelitas. Contoh yang di lansir dari Cnet(2/2) seorang penyandang cacat yang bernama Austin whitney, membuat orang tercengang karena dia berdiri dari kursi rodanya danberjalan sejauh 3 meter untuk menerima gelar sarjananya di Universitas of Calofornia. Namun hal itu bukanlah sebuah keajaiban, Whitney memang memakai jubbah robot exoskeleton, yakni sebuah robot yang bisa dipakai dan dilengkap dengan persendian di pinggul dan lutut untuk membantu pergerakan para penyandang disabelitas. Jubbah robot ini bisa membuat para difabel berjalan selama 4 jam dan bahkan bisa membuat para difabel bermain bola.





Konsep kedua bagi para penyandang cacat adalah pendidikan Inklusi. Pendidikan Inklusii adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan yang mengabungkan pendidikan regular dengan pendidikan khusus dalam satu system sekolahan.





Untuk dapat mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik, intektual dan sosial emosional. Dengan pendidikan inklusif ini di harap para penyandang cacat terlatih kemandiriannya dan kemapuan intraksinya, dalam menciptakan kesetaraan dan memupuk rasa percaya diri. Disamping juga pendidikan Inklusi ini akan mempermudah akses bagi kaum disabilitas sehingga tidak putus sekolah.





Selanjutnya konsep ketiga setelah pendidikan Inkuisi adalah lapangan kerja, lapangan kerja juga masih sedikit memberikan peluang bagi kaum disabelitas. Malah dunia pencari kerja memberikan persyaratan yang sangat tinggi bagi penyandang disabelitas. Seperti adanya tes kesahatan dan tes psiotrapy, serta standar kualifikasi pendidikan yang kadang menyudutkan para penyandang disabilitas.





Maka dari itu  ketua FKPCTI (Forum Kesejatraan Penyandang Cacat Tubuh Indonesia ) Mahmud Fasya meminta dihapuskan syarat pendidikan dan mengganti dengan syarat keterampilan. Jika mengacu pada syarat tenaga kerja S1,S2 dan S3 hal ini menjadi penhambat utama bagi kaum difabel. Ketika pemerintah akan membuka lapangan kerja hendak tidak melihat dari keterbatasan mereka karena mereka juga punya potensi dan konpetensi untuk di beri kesempatan. Lihatlah mereka dengan kemapuan apa yang dilakukannya dengan memberikan alat bantu agar bisa memaksimalkan aktifitasnya. Mereka para disabelitas perlu dorongan lebih menyakinkan bahwa  mereka juga bisa dan dapat bersaing. Hal ini perlu dilakukan pemberdayaan.





Dari ketiga
model solusi yang di tawarkan untuk para penyandang disabelitas diatas maka
perlu kembali penegasan ulang tentang hakekat keberadaan mereka. Disabelitas
bukan dipandang sebagai kecacatan yang dialami oleh seseorang tapi sebuah
keadaan yang menyebabkan ia tidak dapat melakukan fungsi-fungsi dirinya secara
optimal.





Yang terakhir dan paling penting  bagi para penyandang cacat adalah dukungan dan peran keluarga. Dukungan mereka sangat diperlukan sebagia orang disabilitas.Mereka tetap harus diakui dan diperdayakan selayaknya manusia umumnya. Sehingga membuat hidup mereka lebih bermakna karena adanya penghargaan atas hak-haknya sebagai manusia





Kualitas mereka
sudah tidak diragukan lagi setelah menyaksikan beberapa atlet Asian Para Games
yang berlaga dalam kanca pertandingan, seperti yang dialami Fadil Imanuddin
yang telah menyubangkan Emas untuk Indonesia walau kakinya telah diamputasi
akibat kecelakaan saat fadil bertanding. Walau dengan kaki palsu Fadil dapat
menyumbangkan emas untuk Indonesia dalam pertandingan balap sepeda.





Mari  bersama merangkul mereka yang disabilitas karena mereka juga adalah saudara kita.







Penulis: Dr. Ahdar Djamaluddin





(KaProdi Tadris IPS IAIN Parepare)





Mengasah Disabilitas menuju Kualitas


(Kunjungan di Hari Pendidikan Nasional pada SLB (Sekolah Luar Biasa) di Kota Parepare)



Inspirasi Pendidikan, Langkah Nyata Mahasiswa Tadris IPS Peringati Hardiknas


IAIN Parepare--- Sejumlah mahasiswa Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare melakukan kunjungan ke beberapa sekolah, Kamis (02/05).









Kunjungan tersebut dalam rangka Sehari bersama Tadris IPS melalui Fun Learning based Culture. Ahdar Djamaluddin selaku Ketua Penanggungjawab Program studi (Prodi) Tadris IPS mengungkapkan inspirasi pendidikan ini dilakukan agar mahasiswa sadar akan nilai-nilai perjuangan Ki Hajar Dewantara lewat perjuangannya di dunia pendidikan.





Perlu diketahui setiap tanggal 2 Mei diperingati Hari Pendidikan Nasional, disingkat HARDIKNAS.





Tanggal 2 Mei merupakan hari nasional yang bukan hari libur, ditetapkan oleh pemerintah Indonesia untuk memperingati kelahiran Ki Hadjar Dewantara, tokoh pelopor pendidikan di Indonesia dan pendiri lembaga pendidikan Taman Siswa.





Adapun beberapa sekolah yang dikunjungi di antaranya SDN 76 Bacukiki dan MI DDI Bacukiki dan Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Parepare.





"Sekolah ini kami pilih sebagai sekolah sekolah inspirasi karena sekolah ini berbatasan dengan kabupaten Sidrap yang sebagian dari siswa pada SD 76 berasal dari Sidrap mereka menempuh perjalanan sekita 1.5 jam jadi mereka harus menempuh sekitas 3 jam dalam sehari," jelas Ahdar.









Dengan mengangkat tema Inspirasi pendidikan, para mahasiswa dapat saling sharing bersama siswa-siswi pada sekolah tersebut.





"Kami pilih juga tema fun learning based culture dengan mengenalkan model-model pendidikan yang menyenangkan dan cara playing with learning," tambah Ahdar.









Nurhikmah salah satu mahasiswa Tadris IPS mengaku bersyukur dengan dilaksanakannya kegiatan ini.





"Semoga adek-adek bisa menghargai sebuah pendidikan bahwa pendidikan itu sangat penting. Selain itu, Tadris IPS juga bisa dikenal lebih luas dan alhamdulillah guru-guru menyambut baik dan mereka berharap agar kegiatan seperti ini sering-sering dilaksanakan," jelasnya saat diwawancarai via whatsapp.






Penguatan Spiritual Mahasiswa melalui Isra Mi'raj


Humas IAIN Parepare--- Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) dan seluruh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) yang ada pada lingkup IAIN Parepare menggelar peringatan Isra Mi’raj, Rabu (01/05).





Kegiatan ini dirangkaian dengan dzikir bersama dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan 1440 H di Mesjid Al Wasilah IAIN Parepare.









Kegiatan ini mengangkat
tema ‘Memperkokoh Relasi Spiritual dan Sosial Hablum Minallah wa Hablum Minannas
Mahasiswa IAIN Parepare’ dengan menghadirkan pembawa hikmah Isra Mi’raj Dr.
Muhammad Idris Usman, M.Ag dan Dzikir bersama yang dipimpin oleh Ustadz Lukman,
S.Pd.





Acara yang dimulai dari pukul 09.00 WITA ini dihadiri ratusan mahasiswa, HMJ dan juga pihak Fakultas, serta Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Dr. H.  Muhammad Saleh, M.Ag.









Muhammad Saleh, dalam arahannya mengapresiasi atas
terlaksananya kegiatan peringatan Isra Mi’raj ini dan beliau juga berpesan kepada
mahasiswa untuk selalu menjaga hubungan silaturahmi sesuai dengan tema kegiatan
ini.





Dengan peringatan ini, diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar bagi mahasiswa sebagai sarana pembelajaran untuk memperdalam kisah Isra Mi’raj dan mengambil nilai hikmah atas peristiwa bersejarah itu. (Ak)






Selasa, 30 April 2019

Akademisi IAIN Parepare; Sebaiknya Masa Jabatan Politik Dibatasi Satu Periode


Humas IAIN Parepare---- Pemilu serentak 2019 menyisakan berbagai persoalan yang sedang disorot, bukan hanya oleh politisi tetapi juga para akademisi. Salah satunya datang dari akademisi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare, Syafaat Anugrah yang menyoal masa jabatan politik di lembaga eksekutif. Kandidat Doktor Hukum Tata Negara termuda (25 tahun) Universitas Hasanuddin ini, mengusulkan agar periodisasi masa jabatan politik, khususnya presiden dan wakil presiden, gubernur dan wakil gubernur, walikota dan wakil walikota atau bupati dan wakil bupati cukup satu periode saja.










Gagasan tersebut diungkapkannya saat menjadi narasumber dalam acara bedah buku yang berjudul "Membangun Tatanan Negara Berdasarkan Ideologi dan Konstitusi" karya Dosen senior, sekaligus Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Islam, IAIN Parepare, Yasin Soumena, Senin, 29 April di Lantai 5 Gedung Perpustakaan IAIN Parepare.










Menurut dia, regulasi tentang masa jabatan presiden dan wakil presiden serta kepala daerah ditinjau dan dilakukan revisi. Idealnya, setiap orang hanya dibolehkan menjadi kepala pemerintahan baik pada tingkat pusat mau pun daerah sebanyak satu periode saja dengan masa pemerintahan selama tujuh tahun. Syafaat menjelaskan, alasan dirinya meminta regulasi itu untuk diubah, supaya bisa menciptakan seorang kepala pemerintahan yang kerjanya fokus memikirkan kesejahteraan rakyat, bukan memikirkan bagaimana cara mempertahankan sebuah kekuasaan.






"Setelah mereka dilantik, mereka bukan berpikir bagaimana mereka mempertahankan kekuasaannya di periode ke depan. Tapi bekerja bersungguh-sungguh memenuhi janjinya kepada rakyat. Penambahan masa jabatan selama 7 tahun akan memberikan keleluasaan dan ruang gerak kepada mereka untuk merancang dan menuntaskan program pembangunannya." papar pria kelahiran Pinrang, yang telah menulis 4 buku dalam usia yang masih belia.






Selain itu, kata dia, pembatasan pencalonan presiden, gubernur, walikota atau bupati hanya satu periode, juga bakal melahirkan sebuah pemilu yang akan berlangsung secara adil dan jujur. Sebab, ia menilai apabila ada calon petahana di dalam sebuah pesta demokrasi, maka potensi terjadinya kecurangan sangat besar. Dalam pengamatannya terhadap kontestasi pilpres maupun pilkada yang digelar selama ini, kehadiran petahana menjadi sumber masalah, khususnya dalam hal penyalagunaan kekuasaan, ketidaknetralan birokrasi (ASN), mobilisasi dan konsolidasi aparat, baik polisi atau pun TNI. "Jika petahana tidak ada, maka pemilu akan berlangsung jujur dan adil" tandasnya.






Sementara Yasin Soumena yang dimintai tanggapannya terkait pemilihan langsung berpendapat, jika dirinya tidak pernah menyetujui pemilihan langsung. Dosen mata kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan ini menilai, pemilihan langsung tidak sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945.


Seminar Nasional, Kolaborasi 2 Fakultas Hadirkan Praktisi Ekonomi


IAIN Parepare--- Himpunan Mahasiswa Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare menggelar seminar nasional dan silaturahmi BEM Fakultas/ HMJ se Sulawesi Selatan dengan tema Implementasi Bisnis Syariah di Era Digital.













Dilaksanakan di Auditorium IAIN Parepare, Selasa (30/04), kegiatan ini diikuti ratusan peserta mulai dari kalangan mahasiswa IAIN Parepare sendiri, dosen, umum, dan delegasi dari (Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas atau Humpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) se Sulawesi Selatan.





Ketua pelaksana kegiatan Adriansyah menjelaskan kegiatan ini berlangsung selama dua hari, hari pertama kegiatan seminar nasional kemudian hari berikutnya rabu, 1 Mei 2019 kegiatan silaturahmi BEM Fakultas se Sulawesi Selatan.





"Kegiatan ini dilaksanakan agar kita sebagai mahasiswa di lembaga ekonomi syariah pada khususnya dapat mengetahui bagaimana cara mengimplementasikan bisnis syariah di era digital," jelas Adriansyah, Ketua Pelaksana.














Seminar Nasional tersebut dibuka oleh Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, Dr. Siti Jamilah Amin, M.Ag.





"Saya mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan ini, banyak hal yang mereka lalui untuk sampai pada tahap terlaksananya kegiatan ini," ucapnya.









Selain itu, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Dr. Kamal Zubair mengungkapkan kegiatan seminar ini merupakan hasil kolaborasi dua fakultas yakni Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Isalam dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang dimotori oleh Himpunan mahasiswa jurusan Syariah dan Ekonomi Islam.





"Seminar nasional hari ini sangat luar biasa, di mana kegiatan besar ini awalnya ditargetkan lima ratus peserta tetapi yang hadir melebihi ekspektasi sekitar seribuan lebih peserta yang hadir," ucapnya.









Hadir narasumber dari praktisi ekonomi dari berbagai latar belakang keahlian, di antaranyaDr. H.M. Dawud Arif Khan, S.E., M.Si. AK,CPA, (Dewan Syariah MUI Jakarta dan Pakar Akutansi Syariah), Dr. Andi Mattigaragau Tenrigau,SE.,M.Si. (Wakil Rektor I Universitas Andi Jemma Palopo) dan Dani Surya Sinaga (Direktur pengawas lembaga jasa keuangan OJK Kr 6 Sulawesi, Maluku dan Papua). (Ak)














Bedah Buku, Yasin Soumena; Banyak yang Pahami HAM Sebatas Konsep


Humas IAIN Parepare--- Yasin Soumena tampil memukau
saat membedah dan mengulas bukunya sendiri yang berjudul “Membangun Tatanan
Negara Berdasarkan Idiologi dan Konstitusi” pada acara bedah buku yang digelar
oleh pengelola Perpustakaan di Lantai 5 Gedung Perpustakaan IAIN Parepare, 29
April. Buku setebal 330 halaman yang laris manis dikalangan akademisi,
khususnya para mahasiswa ini mengurai secara detail berbagai pandangan dan konsepsi
idiologi, konstitusi, demokrasi, wawasan kebangsaan, dll.









Yasin Soumena mengatakan bahwa dalam bukunya mengurai
berbagai persfektif tentang idiologi. “Idiologi merupakan pemikiran manusia,
tetapi tidak semua pemikiran manusia bisa disebut sebagai idiologi. Pemikiran
mewujud sebagai idiologi jika dirumuskan menjadi sistem yang sempurna yang
meliputi sosial, politik, hukum dan budaya. Idiologi hadir untuk menjawab
tantangan-tantangan yang bersifat konkrit” urai dosen mata kuliah Pancasila,
yang juga menjabat sebagai Wakil Dekan FEBI. Menurutnya, dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, para founding father kita merumuskan Pancasila sebagai
idiologi bangsa dan negara.“Pancasila merupakan pandangan hidup yang menjadi
pedoman dan dasar negara. Pancasila sebagai dasar negara, itu berarti Pancasila
menjadi sumber dari segala sumber kehidupan berbangsa dan bernegara.
Nilai-nilai Pancasila harus termanifestasi dalam tatanan kehidupan bermasyarakat.”
paparnya.









Dosen kelahiran Maluku ini, mencontohkan implementasi nilai-nilai Pancasila yang berhasil membangun tatanan kehidupan masyarakat yang damai dan harmonis. ”Beberapa waktu yang lalu, kami sekeluarga melaksanakan shalat Idul Fitri di Makassar. Lokasi masjid berdekatan Gereja. Saat itu, pelaksanaan shalat Idul Fitri juga bertepatan pada hari Ahad bersamaan dengan pelaksanaan ibadah di Gereja. Jamaah Idul Fitri membludak, tidak tertampung di Masjid lagi. Akhirnya Jamaah Gereja yang melihat itu, langsung mempersilahkan orang Muslim untuk memanfaatkan halaman Gereja untuk dipergunakan shalat,” kisah Yasin menceritakan pengalamannya tentang pengamalan Pancasila, khususnya sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa.









“Dalam buku ini, juga berbicara tentang demokrasi.
Bagaimana membangun warga negara yang demokratis? Masyarakat yang demokratis
adalah masyarakat yang miliki rasa keterbukaan, empati, 
hormat,
kritis, rasional dan kemauan membuka dialog. Salah satu subtansi dari
masyarakat yang demokrasi adalah masyarakat yang melaksanakan hakikat Hak Asasi
Manusia (HAM). Hakikat HAM merupakan keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Seseorang tidak boleh memenuhi haknya tetapi mengorbankan atau mengganggu hak
orang lain. HAM itu merupakan keseimbangan antara hak individu dengan individu
lainnya, tidak bisa saling bertentangan,” paparnya serius.









Menurutnya, banyak orang yang memahami HAM hanya sebatas konsep belaka, lupa hakikat HAM itu sendiri sebagai suatu kesimbangan. “Artinya ketika kita menjalankan hak kita maka hak orang lain juga jalan. Jangan hak kita dijalankan baru hak orang lain dikorbankan. Hal yang demikian itu, bukanlah esensi HAM yang ada pada diri kita,”tegasnya.   





Dalam teori HAM, Yasin merujuk dan mengembangkan pemikiran Baharuddi Lopa. Menurutnya subtansi HAM dalam pandangan Baharuddin Lopa adalah keseimbangan. Banyak masalah yang timbul dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara karena kita tidak menjalankan subtansi HAM secara seimbang. “Silahkan jalankan hak anda, tapi jangan mengorbankan hak orang lain. Intinya dalam hak anda, ada hak orang lain” tegasnya mengingatkan.





Sementara, Syafaat Anugrah yang menjadi narasumber pembanding memberikan penilaian terhadap buku, yang menurutnya cukup sempurna. “Secara subtansi, buku karangan Yasin Soumena ini sudah memenuhi syarat sebagai buku rujukan karena telah menggunakan semua pendekatan dalam kajian ilmu hukum tata negara. Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam kajian hukum tata negara, yaitu filosofis, normatif, sosiologis, dan historis dan buku ini runtut dalam pendekatan kajian buku ini”, kata dosen IAIN Parepare yang masih berstatus CPNS, tetapi telah mengarang dan menerbitkan 4 bukunya tentang ilmu hukum tata negara. (s.s.)


Senin, 29 April 2019

Bedah Buku, Upaya Peningkatan Hasrat Menulis Civitas Akedemik


IAIN Parepare--- Perpustakaan IAIN Parepare melaksanakan kegiatan bedah buku selama dua hari di Lantai lima Gedung Perpustakaan, Senin (29/04). Dengan tema memantik animo menulis bagi civitas akademik melalui hasil pikir dan karya tulis dosen IAIN Parepare.









Ketua panitia Sirajuddin, mengungkapkan terdapat empat judul buku dosen yang akan dibedah yaitu buku Pengaruh Paham Keagamaan Terhadap Etos Kerja Pedagang Muslim: Suatu Kajian Teologi, Buku Membangun Tatanan Negara, Buku Pembelajaran Cinta Lingkungan dan Buku Konstruksi Ideologi Analisis Wacana Keagamaan: Jaringan Islam Liberal.













Kegiatan dibuka langsung oleh Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Pengembangan Kelembagaan Dr. Siti Jamilah Amin.





Dalam sambutannya, Jamilah mengatakan sangat tertarik dengan tema yang diusung oleh panitia bedah buku. Panitia dapat melihat kegelisahan mengenai sedikitnya animo menulis dari dosen.





Menanggapi hal tersebut, pada tahun ini Rektor IAIN Parepare juga telah mencanangkan program penerbitan 100 judul buku daras yang terbagi ke empat fakultas.





“Saya mempercayai menulis itu adalah sebuah kegiatan intelektual bagi dosen-dosen dan mahasiswa. Ide-ide intelektual yang ada di kepala kita dapat dituangkan dalam bentuk tulisan salah satu caranya adalah dengan menulis buku," ucap Siti Jamilah saat menyampaikan sambutan.









Sementara Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perpustakaan IAIN Parepare, Usman Noer menjelaskan kegiatan bedah buku ini merupakan salah satu program dari unit perpustakaan





"Kegiatan ini diarahkan untuk meningkatkan animo dari para dosen untuk bisa membuat karya tulis ilmiah yang kemudian diterbitkan dalam bentuk buku," jelasnya saat diwawancara usai pembukaan.





Dalam kamus besar bahasa Indonesia animo merupakan hasrat dan keinginan yang kuat untuk berbuat, melakukan, atau mengikuti sesuatu.





"Buku tersebut bisa disosialisasikan kepada masyarakat pembaca terutama kepada mahasiswa. Adapun peserta bedah buku berasal dari para dosen dan mahasiswa IAIN Parepare serta tamu undangan yang berasal dari perpustakaan sekolah di kota Parepare," urainya. (Ae)


















"Sebuah karya yang baik apabila karya tersebut itu dipublish"





Dr. Sitti Jamilah Amin, M. Ag, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kelembagaan IAIN Parepare




















Pusat Tafsir dan Hadis LPM IAIN Parepare Gelar Workshop Dasar-Dasar Keagamaan


IAIN Parepare--- Pusat Studi Tafsir dan Hadis Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare melaksanakan workshop dasar-dasar keagamaan, Sabtu (27/04).









Kegiatan dibuka langsung oleh Rektor IAIN Parepare DR. Ahmad Sultra Rustan di ruang training TIPD IAIN Parepare.





Kepala Pusat Studi Tafsir dan Hadis LPM IAIN PArepare, DR. Mukhtar Yunus Lc., M. Th. I mengungkapkan workshop ini dilakukan guna meningkatkan pengetahuan dosen lulusan non Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) mengenai dasar-dasar keagamaan.





Hal ini dilakukan agar pencapaian visi dan misi IAIN Parepare dapat terwujud.

















"Mudah-mudahan dosen lulusan workshop ini dapat mengintegrasikan ilmu pengetahuan agama dan ilmu umum dalam rangka menunjang dalam proses pembelajaran," harap Mukhtar Yunus saat di temui di meeting room LPM, Senin (29/04).





Workshop ini dihadiri 25 peserta yang terdiri dari dosen baru PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan dosen PPNPN (Pegawai Pemerintah non PNS).










Pegumuman Perubahan Jadwal Pelaksanaan Pendaftaran UMPTKIN Tahun 2019


Panitia pelaksana Seleksi Prestasi Akademik Nasional dan Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (SPAN-UM PTKIN) mengeluarkan pengumuman tentang perubahan jadwal pelaksanaan pendaftaran Ujian Masuk (UM) PTKIN.





Dalam pengumuman tersebut dituliskan:





  1. Registrasi pendaftaran ditutup tanggal 09 Mei 2019 pukul 16:00 WIB;
  2. Proses pembayaran ditutup tanggal 09 Mei 2019 pukul 24.00 WIB
  3. Finalisasi pendaftaran ditutup tanggal 10 Mei 2019 pukul 16.00 WIB




Informasi lebih lanjut dapat dilihat pada laman website www.um-ptkin.ac.id






Mahasiswa IAIN Parepare Menjadi Wakil Sulsel pada PPAN 2019 Tingkat Internasional di Jepang


Humas IAIN Parepare--- Sekali layar berkembang pantang surut ke belakang. Petuah Bugis-Makassar ini menggambarkan kegigihan perjuangan mahasiswa IAIN Parepare, Hardiyanti Patangngari. Dua kali gagal pada ajang seleksi Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) dua tahun berturut-turut, tak membuatnya patah arang. Tahun 2019, Hardiyanti kembali mempertaruhkan peruntungannya bersama dengan pemuda pemudi Indonesia lainnya dalam ajang ini. Akhirnya, berbekal pengetahuan dan pengalaman, Hardiyanti Patanggari berhasil merebut satu tiket sebagai peserta Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) 2019 setelah melewati berbagai macam tes yang digelar pada beberapa titik lokasi di Makassar. Hardiyanti lulus mewakili Sulawesi Selatan dalam Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) 2019 Kementerian Pemuda dan Olahraga RI ke Jepang.









“Saya banyak evaluasi diri setelah ikut seleksi dua tahun lalu
berturut-turut hanya sampai di top five. Dari situ saya terus memperbaiki
apa-apa yang kurang di seleksi pertama juga kedua, dan Alhamdulillah my last
shot ini sangat bersyukur dapat menjadi delegasi utama ke Jepang,” terang
Hardiyanti yang juga Duta Parawisita Kota Parepare, seperti yang dikutip Pijarnews.com,
28 April. Seleksi PPAN Kemenpora RI di Sulawesi Selatan diikuti oleh 120 lebih
peserta dari berbagai daerah. Peserta yang lolos mewakili Sulawesi Selatan
yakni, Hardiyanti Patangngari ke Jepang, Heri Kurniawan ke Singapura, dan St.
Aisyah ke Korea.









Hardiyanti Patangngari adalah mahasiswa IAIN Parepare yang baru menyelesaikan studinya dua bulan lalu pada Fakultas Tarbiyah Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris. Dalam lingkungan kampus, Hardiyanti dikenal oleh rekan dan dosennya sebagai sosok mahasiswa yang cerdas dan berprestasi. “Dia mahasiswa yang rajin, cerdas dan cukup berprestasi. Kemampuan komunikasi dan bahasanya cukup baik, khususnya bahasa Inggris. Dalam catatan akademik, Hardiyanti menyelesaikan studinya dengan IPK 3,91. Selain prestasi akademik, dia juga aktif dalam kegiatan organisasi dan pernah terpilih sebagai Duta Parawisata Kota Parepare” kata Mujahidah, Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Inggris saat dimintai testimonya di ruang kerjanya, 29 April.





Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Muhammad Saleh ketika dikonfirmasi menyampaikan apresiasi dan rasa bangganya atas prestasi yang diraih oleh salah satu mahasiswanya tersebut. “Kita bangga, jika mahasiswa atau pun alumni kita bisa berprestasi di luar. Itu berarti mereka berhasil memperoleh bekal pengetahuan melalui proses pembelajaran di kampus ini”, katanya mengapresiasi.





Kegiatan Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) merupakan program
nasional yang diselenggarakan
oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga RI dengan pemerintah di negara tujuan. Program
ini sudah berlangsung selama +/- 40 tahun dan sudah melahirkan banyak alumni,
di antaranya adalah Azyumardi Azra (mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta/cendekiawan muslim), AM Fachir (Wakil Menteri Luar Negeri RI), Fasli
Jalal (Wakil Menteri Pendidikan & Kebudayaan RI), A. Fuadi (penulis novel
Negeri 5 Menara), dan Andrie Djarot (host Redaksi Pagi Trans 7).





Sejauh ini, ada tujuh program pertukaran yang tergabung dalam
PPAN. Indonesia-Canada Youth Exchange Program (ICYEP) dengan tema community development, Australia-Indonesia Youth Exchange Program (AIYEP) dengan
tema professionalism, Indonesia-Malaysia Youth Exchange Program (IMYEP) dengan
tema media and culture, Indonesia-Korea Youth Exchange Program (IKYEP)  dengan
tema cross-cultural understanding, Indonesia-China Youth Exchange Program (IChYEP) dengan tema entrepreneurship, dan Ship for Southeast Asian Youth Program (SSEAYP) dengan
tema leadership. Satu program baru – ASEAN Students Visit India (ASVI) –
fokus pada inovasi di bidang pendidikan dan teknologi. (s.s.).


Minggu, 28 April 2019

Wakili IAIN Parepare, Zainal Said Mengikuti Workshop Penulisan Jurnal Internasional di Yogyakarta


Humas IAIN Parepare--- Dalam rangka meningkatkan kompetensi dosen, khususnya dalam penulisan jurnal ilmiah internasional bereputasi, Rektor IAIN Parepare tidak menyia-nyiakan kesempatan. Berdasarkan permintaan dari panitia pelaksana workshop penulisan jurnal internasional, Rektor mengirim salah satu doaennya, yaitu Dr. Zainal Said, MH., mengikuti kegiatan workshop tersebut.










Zainal Said yang mengkonfirmasi keikutsertaannya melalui Whatshapp membenarkan jika dirinya mewakili IAIN Parepare dalam kegiatan tersebut. Kegiatan ini akan berlangsung selama 6 hari yaitu 23-28 April 2019 di Yogyakarta. Workshop penulisan jurnal ilmiah internasional bereputasi ini diselenggarakan oleh Kertagama Global Akademia Yogyakarta dan diikuti peserta perwakilan dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.






Dalam keterangannya, Zainal mengemukakan, workshop ini berdurasi 50 jam pelajaran dengan total 18 materi. Ada pun beberapa materi yang disebutkan adalah 1) Paradigma penulisan; 2) Manajemen literatur; 3) Penulisan kerangka artikel; 4) Memahami template jurnal internasional; 5) Konsistensi logika tulisan; 6) Quality assurance; 7) Menyusuaikan artikel dengan standar internasional; 8) Seni publikasi ke jurnal scopus; 9) Membaca efektif dan teknik sitasi; 10) Teknik penulisan review literature, dan materi lainnya yg bersifat praksis dalam penulisan karya tulis ilmiah.






Dalam beberpa keterangan yang dikutip dari berbagai sumber ditemukan bahwa penulisan dan publikasi jurnal ilmiah dalam jurnal bereputasi sudah menjadi kewajiban dan tuntuan dari pemerintah yang harus dipenuhi oleh setiap Dosen. Hal ini sebenarnya sudah sejalan dengan tridharma perguruan tinggi, khususnya unsur penelitian.










Kewajiban penelitian dan publikasi ilmiah sudah jadi bagian dari setiap proses kenaikan jabatan fungsional akademik, dan semakin hangat dibahas saat keluarnya Permenristekdikti No. 20 Tahun 2017 tentang Pemberian Tunjangan Profesi Dosen dan Tunjangan Kehormatan Profesor. Bahasan utama dari Permenristekdikti No. 20 Tahun 2017 adalah tentang “Kewajiban Publikasi Ilmiah dalam jurnal internasional bereputasi”.






Penelitian yang tidak dipublikasikan akan berakhir di “perpustakaan”, dan tidak memberikan dampak bagi pengembangan ilmu. Disisi lain, membuat artikel/manuskrip dari hasil penelitian untuk publikasi di jurnal internasional bereputasi seperti yang terindeks Thomson Reuters / Web of Science, dan Scopus, juga menjadi persoalan sendiri, karena setiap jurnal, setiap penerbit pengindeks memiliki standar dan gaya selingkung sendiri-sendiri. (s.s.).


Sabtu, 27 April 2019

IAIN Parepare Finalis Essay Antar Mahasiswa S1 Se-Sulsel


Humas IAIN Parepare---Arwan dan Wahda Sidda finalis essay antar mahasiswa se-Sulsel perwakilan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare baru saja mempresentasikan essay yang diselenggarakan oleh Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Sulsel yang bertempat di Hotel D’Maleo Makassar, Sabtu, 27 April 2019.










Essay yang berjudul Optimalisasi Peran Ombudsman Dalam Pengawasan Pelayanan Publik, mampu menyisihkan beberapa essay lainnya dan mendapat undangan kehormatan untuk mempresentasikan dihadapan TIM juri yang berasal dari Ombudsman RI Sulsel dan Lembaga Administrasi Negara.






Dibenarkan oleh panitia penyelenggara Ombudsman RI Perwakilan Sulsel, Fajar Sidiq menyatakan bahwa ada 25 judul essay dari seluruh Perguruan Tinggi se-Sulsel, perwakilan dari IAIN Parepare salah satunya sebagai finalis 8 (Delapan) besar.






“IAIN Parepare salah satu finalis dan masuk kategori 8 (Delapan) besar dalam rangka kegiatan Pekan Layanan Publik, didahului dengan lomba essay yang diselenggarakan oleh Ombudsman RI Perwakilan Sulsel. Lomba penulisan Essay ini bertema Peran Ombudsman dalam Pengawasan Pelayanan Publik. Adapun tujuannya Meningkatkan pemahaman mahasiswa terkait Pelayanan Publik dan Peran Ombudsman dalam mengawal pelayanan publik yang berkualitas, serta sebagai sarana untuk mahasiswa menyalurkan aspirasi dan ide kreatif guna mendorong pembenahan maupun kewenangan pengawasan oleh Ombudsman untuk mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas.” Paparnya.






Acara presentasi hari ini dimulai pukul 12.30 Wita, yang dihadiri oleh 8 (delapan) finalis dari berbagai Perguruan Tinggi se-Sulsel untuk menentukan juara I (satu) sampai juara III (tiga), dan ditutup tepat pukul 16.30 Wita. Untuk acara puncaknya sekaligus serah terima hadiah kepada tiga pemenang akan dilangsungkan pada hari ahad, 28 April 2019, bertempat di Panakukang Square-Makassar.





Editor : Sumarni Sumai


Membuka Pelatihan Kader Porma, Warek Bidang Kemahasiswaan; Dalam Fisik yang Sehat, Ada Jiwa yang Kuat


Humas IAIN Parepare--- Jumat, 26 April pukul 16.00 wita, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, H. Muhammad Saleh berkesempatan menghadiri sekaligus membuka acara pelatihan kader salah satu organisasi mahasiswa IAIN Parepare, yaitu organisasi Persatuan Olahraga Mahasiswa disingkat PORMA. Acara pembukaan ini, juga dihadiri Ketua Umum Dewan Eksekutif Mahasiswa, St. Maemunah bersama dengan pengurus Senat Mahasiswa lainnya.










Persatuan Olahraga Mahasiswa (Porma) merupakan organisasi mahasiswa yang menghimpun mahasiswa IAIN Parepare yang memiliki talenta, bakat dan minat di bidang olahraga. Dalam organisasi ini, mahasiswa memperoleh kesempatan dan fasilitas dari kampus untuk mengembangkan olahraga yang diminati secara profesional. Keberadaan organisasi ini, menunjukkan bahwa IAIN Parepare bukan hanya concren pada pengembangan akademik, tetapi juga aspek lainnya, seperti pengembangan skill atau pun olahraga.






Dalam sambutannya, Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan, Muhammad Saleh memberikan pujian kepada pengurus PORMA yang berinisiasi melaksanakan kegiatan pelatihan bagi kader-kader Porma. Sejatinya, Porma lebih berorientasi pada kegiatan keolahragaan. Tetapi adanya kesadaran diri para pengurus sebagai mahasiswa, maka mereka tetap memprogramkan kegiatan yang berbasis akademik, seperti pelatihan kader. Pelatihan itu berorientasi pada pengembangan intelektual. Tetapi pelatihan ini tetap penting bagi kader Porma karena akan meningkatkan kemampuan intelektualitasnya.










"Berolahraga harus tetap memadukan emosi dan rasio. Ketiganya harus seimbang dan sinergis dalam diri manusia. Jika seorang olahragawan tidak mampu mengendalikan emosional atau tidak menggunakan rasionya maka yang bersangkutan akan gagal. Jadi olahragawan yang ingin berprestasi harus mampu mengendalikan emosinya" papar Muhammad Saleh. "Dalam fisik yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Untuk mencapai itu, dibutuhkan olahraga juga manajemen emosi dan rasio yang seimbang" tambahnya menjelaskan.






Mantan Ketua Jurusan Dakom ini berharap agar kader-kader Porma mengikuti pelatihan ini dengan serius dan sampai tuntas. "Pelatihan ini akan sangat bermanfaat bagi peserta, khususnya dalam meningkatkan pengetahuan, berorganisasi, dan kemampuan manajemen", katanya memberikan motivasi kepada peserta. Pada akhir sambutannya, Muhammad Saleh membuka acara tersebut secara resmi.






Sementara Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa IAIN Parepare, St. Maemunah yang juga memberikan sambutan sebelum Wakil Rektor menyatakan dukungan dan supportnya kepada pengurus Porma atas pelaksanaan kegiatan Pelatihan Kader tersebut. "Semoga pelatihan ini dapat menciptakan adaptasi dan kecintaan kader terhadap organisasinya" ungkapnya.










Dihubungi terpisah, Ketua umum Porma, Amirullah mengatakan Pelatihan Kader ini diikuti oleh 42 peserta yang telah mendaftar dan akan berlangsung selama 3 hari yaitu tanggal 26-28 April di Lowita Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang. "Tujuan pelaksanaan Pelatihan Kader Porma adalah meningkatkan kemampuan intelektual kader dalam mengelola organisasi", imbuhnya. (s.s)


330 Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi, Bebas Biaya Kuliah Sampai Selesai


Humas IAIN Parepare--- Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare termasuk perguruan tinggi yang berhasil memfasilitasi mahasiswanya dengan berbagai program beasiswa. Sejak 2013, IAIN Parepare telah memperoleh kuota program beasiswa Bidikmisi dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi RI. Terhitung mulai angkatan 2015-2018, total mahasiswa penerima Beasiswa Bidikmisi berjumlah 330 orang.










Pada Jumat, 26 April, melalui prakarsa pengurus Ikatan Keluarga Bidik Misi IAIN Parepare, sekitar 330 mahasiswa penerima Beasiswa Bidikmisi berkumpul di AULA IAIN Parepare melakukan tudang sipulung. Kegiatan ini dihadiri oleh Wakil Rektor bidang APK, Sitti Jamilah Amin, Wakil Rektor bidang AUPK, H. Sudirman L., Wakil Rektor bidang KK, Muhammad Saleh, Dekan Tarbiyah, Saepudin, Dekan FUAD, Abdul Halim K., Dekan FEBI, Muh. Kamal Zubair, Dekan FASYKHI, Muliati, Kabag AUK, Muh. Jafar, dan Kasubag Akademik, Sunandar dan beberapa pejabat lainnya.










Saat memberikan sambutan, Wakil Rektor bidang KK, Muhammad Saleh menyampaikan bahwa program Beasiswa Bidikmisi merupakan program khusus pemerintah untuk membantu mahasiswa yang berkemampuan ekonomi rendah (kategori miskin). Tujuannya, agar masyarakat miskin dapat melanjutkan pendidikannya pada tingkat perguruan tinggi. Muhammad Saleh berharap agar mahasiswa penerima Beasiswa Bidikmisi tidak menyia-nyiakan program tersebut dengan mengikuti proses perkuliahan secara sungguh-sungguh dan menunjukkan prestasi akademiknya.










Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan ini menitipkan harapan agar mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi harus lebih berprestasi dibanding dengan mahasiswa lainnya pada semua bidang, baik prestasi akademik, organisasi, kepemimpinan, atau pun kompetensi lainnya. Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi harus memiliki distingsi yang positif dan menjadi mahasiswa tauladan di tengah-tengah mahasiswa IAIN Parepare yang mencapai ribuan orang. Jangan justru sebaliknya, menjadi mahasiswa pemalas yang lebih banyak tinggal di kos-kosannya tidur-tiduran.









Melalui program Beasiswa ini, mahasiswa tinggal belajar dan kuliah karena besaran beasiswa yang diterima cukup besar, yaitu 6 juta – 6,6 juta rupiah per semester. Jumlah ini cukup lumayan untuk membiayai segala kebutuhan mahasiswa termasuk SPP dan biaya hidup sehari-hari. Mahasiswa akan menerima Beasiswa ini selama 8 semester. Itu berarti, mereka bebas biaya kuliah sampai menyelesaikan studinya.






Sementara itu, Sunandar yang menjadi pengelola Beasiswa Bidikmisi sekaligus Dewan Pembina organisasi paguyuban Ikatan Keluarga Bidik Misi dalam laporannya menyampaikan berberapa masalah terkait program Beasiswa Bidikmisi. Menurutnya, ada beberapa mahasiswa penerima Beasiswa Bidikmisi yang prestasi akademiknya anjlok atau ber- IPS di bawah 3,0. Hal tersebut tentunya menjadi masalah karena seharusnya Beasiswa Bidikmisi berpengaruh positif terhadap prestasi mahasiswa. “Jika prestasi rendah berarti pemberian beasiswa itu sia-sia” ujar Sunandar yang juga menjabat Kasubag Akademik. “Saya berharap, para penerima Beasiswa ini memiliki prestasi yang baik dan menjadi contoh bagi mahasiswa lainnya, khususnya dalam menjalankan kode etik mahasiswa.










Masalah lainnya, ungkap Sunandar, hendaknya mahasiswa membuat laporan pengggunaan Beasiswa secara baik dan jujur dengan mencantumkan bukti-bukti pembiyaan. “Hal ini sangat penting karena laporan itu akan menjadi bahan pemeriksaan BPK atau pun inspektorat. Jika terjadi manipulasi, bisa saja menjadi temuan. Aturan-aturan pembuatan laporan itu harus diikuti karena formulasi itu adalah ketentuan dari pemerintah, bukan dibuat-buat oleh pengelola.” katanya.






Acara tudang sipulung ini juga disertai sesi dialog antara penerima Beasiswa Bidikmisi dengan pimpinan kampus. Semua Wakil Rektor hadir sebagai narasumber dalam acara tudang sipulung tersebut. Sitti Jamilah Amin sebagai Wakil Rektor bidang Akademik dan Pengembangan Kelembangan memberikan penjelasan terkait kebijakan-kebijakan akademik dan pengembangan kelembagaan. Sementara Wakil Rektor bidang Administrasi, Umum dan Keuangan, H. Sudirman L.,banyak menjelaskan tentang regulasi tentang keuangan dan Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan, H. Muhammad Saleh menjelaskan seputar kemahasiswaan. Tudang sipulung ini sekaligus menjadi ajang curhat dari mahasiswa. Banyak masalah yang mereka kemukakan kepada narasumber dan semua terjawab secara tuntas oleh para Wakil Rektor. (s.s).